Sukses

Pengamat: Kalau Pembelian Tak Dibatasi, Stok Beras di Ritel Bisa Kosong

Kenaikan harga beras yang terjadi saat ini tidak terlalu tinggi, yakni hanya 15,5 persen yang berlangsung selama 13 bulan sejak Juli 2022-Agustus 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santosa menilai, kenaikan harga beras yang terjadi saat ini tidak terlalu tinggi, yakni hanya 15,5 persen yang berlangsung selama 13 bulan sejak Juli 2022-Agustus 2023.

"Terkait naiknya harga beras, sebenernya sih naiknya juga tidak tinggi-tinggi amat. Kalau kita amati data yang sudah resmi dari bulan Juli 2022-Agustus 2023 yang lalu kenaikannya 15,5 persen selama 13 bulan," kata Dwi Andreas kepada Liputan6.com, Rabu (4/10/2023).

Sementara, terkait pembatasan pembelian beras di toko ritel modern, menurutnya hal itu wajar. Lantaran, jika pembatasan pembelian itu tidak dilakukan maka stok beras di ritel akan kosong.

"Menurut saya pembatasan ini perlu dilakukan karena pasokan ke ritel sudah menurun dari perusahaan penggilingan besar. Kalau tidak dibatasi ya habislah, nanti ritel kosong. Kalau kosong maka akan menjadi masalah yang lebih besar lagi," jelasnya.

Sedangkan di pasar umum tidak terjadi pembatasan, karena pemasoknya bukan dari penggilingan besar. Pemasoknya berasal dari penggililngan kecil yang jumlahnya sangat banyak.

"Kalau beras di pasar umum tidak ada pembatasan seperti itu. Menurut saya karena pihak pemasoknya dalam hal ini penggilingan yang bermasin di level ritel kan penggilingan padi besar, kalau yang kecil gak mungkinlah," ujar Dwi Andreas.

Di sisi lain, saat ini penggilingan padi besar sudah tidak mungkin lagi memproduksi beras, karena harga gabah di tingkat petani rata-rata sudah mencapai Rp 7.500

Karena penggilingan padi besar sudah tidak mungkin lagi memproduksi beras saat ini, lantaran harga gabah kering panen ditingkat petani rata-rata dikisaran Rp 7.500 per kg.

"Kalau harga gabah kering panen ditingkat petani Rp 7.500 tidak mungkin menghasilkan beras premium seharga Rp 13.900, bagaimana caranya. Sehingga stok beras premium dipenggilangan-penggilan padi besar sudah sangat terbatas  untuk itu mereka melepaskan stok mereka sedikit-sedikit," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Beli Beras di Toko Ritel Kini Dibatasi Maksimal 3 Kemasan Sekali Belanja

Sebelumnya, toko ritel mulai membatasi pembelian beras medium bagi masyarakat selaku konsumen. Kini  dalam satu kali transaksi, masyarakat hanya bisa membeli maksimal 3 kemasan dengan hitungan sekitar 10 sampai 15 kilogram (kg) beras.

"Kita harus atur sedemikian rupa sesuai arahan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog khususnya yang di ritel anggota Aprindo menjual dengan batasan 2-3 kemasan sekali belanja," ujar Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey kepada Liputan6.com, Selasa (3/10/2023).

Menurutnya, pembatasan pembelian beras ini dari hitungan cukup untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga. Jika ditotal, artinya dalam satu kali transaksi pembeli bisa memboyong 10-15 kg beras.

Roy menegaskan, upaya pembatasan ini sebagai langkah untuk melakukan pemerataan dari beras yang jadi bagian Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Dimana, beras medium dari Bulog ini mendapat suntikan subsidi pemerintah.

Pasalnya, beras SPHP sendiri tak hanya digelontorkan bagi pasar ritel. Tapi lebih dulu dipentingkan untuk bantuan sosial dan operasi pasar.

"Beras SPHP medium Bulog itu masih harus diatur dengan operasi pasar dan bansos makanya kita buat pembatasan," tegasnya.

Terkait harga jual, beras SPHP dijual sekitar Rp 10.900 per kilogram atau Rp 54.500 per kemasan 5 kilogram di toko ritel moderen.

Dia mengatakan, proses pembatasan ini akan mengikuti pasokan Cadangan BerasPemerintah (CBP). Saat ini pemerintah menguasai sekitar 1,6 juta ton beras, 400 ribu ton lainnya sedang dalam perjalanan impor.

3 dari 3 halaman

Pantau Harga Beras

Suyamto mengemukakan pihaknya juga melakukan pemantauan intensif terkait harga beras saat ini. Terjadinya kenaikan harga beras dikarenakan beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri, seperti bencana El Nino dan juga situasi dalam negeri yang memasuki musim tanam.

"Sampai dengan pagi ini kami sudah menggelontorkan beras operasi pasar di seluruh Indonesia dengan jumlah total sebanyak 800 ribu ton dan selanjutnya setiap hari kami akan gelontorkan terus sampai harga stabil. Selanjutnya juga sekarang sedang disalurkan Beras Bantuan Pangan untuk September, Oktober, dan November dengan jumlah total sebanyak 641 ribu ton kepada masyarakat kurang mampu di seluruh Indonesia," tegas Suyamto.

Fokus Bulog saat ini adalah mempertahankan stabilitas harga beras di masyarakat, Bulog akan melakukan hal tersebut secara maksimal demi kepentingan rakyat terlebih di tengah situasi seperti sekarang. Bulog juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah guna memastikan ketersediaan dan meredam lonjakan harga beras di tingkat konsumen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini