Sukses

Turbin Angin Terapung Terbesar di Dunia Resmi Beroperasi, Ini Penampakannya

Pengoperasian turbin angin sekaligus menandai puncak dari proyek energi terbarukan yang sudah bertahun-tahun dalam proses pembuatannya di Norwegia.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah fasilitas yang digambarkan sebagai turbin angin lepas pantai terapung terbesar di dunia secara resmi dibuka oleh Putra Mahkota Haakon dari Norwegia pada hari Rabu. Pengoperasian turbin angin sekaligus menandai puncak dari proyek energi terbarukan yang sudah bertahun-tahun dalam proses pembuatannya.

Terletak sekitar 140 kilometer (86,9 mil) di lepas pantai Norwegia dengan kedalaman berkisar antara 260 hingga 300 meter, Hywind Tampen menggunakan 11 turbin. Ladang angin ini menghasilkan tenaga listrik pertamanya pada November 2022 dan mulai beroperasi penuh pada bulan ini.

Meskipun angin merupakan sumber energi terbarukan, Hywind Tampen membantu operasi pembangkit listrik di ladang minyak dan gas, dengan harapan dapat mengurangi emisi karbon dioksida di lokasi tersebut.

"Hywind Tampen memiliki kapasitas sistem sebesar 88 MW dan diharapkan dapat memenuhi sekitar 35 persen dari kebutuhan listrik tahunan di lima anjungan Snorre A dan B serta Gullfaks A, B dan C," kata perusahaan energi Norwegia, Equinor dikutip dari CNBC, Kamis (12/9/2023).

Keunggulan Turbin Angin

Turbin angin lepas pantai terapung berbeda dengan turbin angin lepas pantai dengan dasar tetap, yang tertanam di dasar laut.

Salah satu keuntungan dari turbin terapung adalah bahwa turbin ini dapat dipasang di perairan yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan turbin dengan dasar tetap.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

AS Tingkatkan Instalasi Angin Terapung

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan dan negara besar seperti AS telah menetapkan tujuan untuk meningkatkan instalasi angin terapung.

Equinor, pemain utama dalam industri bahan bakar fosil, menggambarkan turbin di Hywind Tampen sebagai "dipasang pada struktur beton terapung dengan sistem penahan yang sama."

Selain Equinor, mitra dalam proyek Hywind Tampen meliputi VÃ¥r Energi, INPEX Idemitsu, Petoro, Wintershall Dea, dan OMV.

Proyek di lepas pantai Norwegia ini menandai langkah terbaru Equinor di sektor angin terapung. Pada tahun 2017, perusahaan ini mulai beroperasi di Hywind Skotlandia, sebuah fasilitas dengan lima turbin dan kapasitas 30 MW yang disebut sebagai pembangkit listrik tenaga angin terapung pertama di dunia.

"Dengan Hywind Tampen, kami telah menunjukkan bahwa kami dapat merencanakan, membangun, dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai terapung yang besar di Laut Utara," ujar Siri Kindem dari Equinor yang mengepalai bisnis energi terbarukan perusahaan tersebut di Norwegia dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan menggunakan pengalaman dan pembelajaran dari proyek ini untuk menjadi lebih baik lagi," tambahnya. "Kami akan membangun yang lebih besar, mengurangi biaya dan membangun industri baru di atas pundak industri minyak dan gas."

3 dari 3 halaman

Memberdayakan Industri Minyak dan Gas

Penggunaan ladang angin terapung untuk membantu menyalakan industri bahan bakar fosil kemungkinan besar akan memicu perdebatan yang signifikan pada saat diskusi tentang perubahan iklim dan lingkungan menjadi pusat perhatian banyak orang.

Hal ini dikarenakan dampak bahan bakar fosil terhadap lingkungan cukup besar. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa sejak abad ke-19, "aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama karena pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas."

"Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bertindak seperti selimut yang membungkus Bumi, memerangkap panas matahari dan meningkatkan suhu," tambahnya.

Pertaruhannya tinggi. Berbicara pada pertemuan perubahan iklim COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, tahun lalu, Sekretaris Jenderal PBB mengeluarkan peringatan keras kepada para peserta.

"Kita sedang berada dalam pertarungan hidup kita, dan kita kalah," kata Antonio Guterres.

"Emisi gas rumah kaca terus meningkat, suhu global terus meningkat, dan planet kita semakin mendekati titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tidak dapat dipulihkan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini