Sukses

Pengusaha Tekstil Prihatin, Bisnisnya Belum Pulih Usai Dihantam Pandemi

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, mengungkapkan hingga kini industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, mengungkapkan hingga kini industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi covid-19.

"Saat ini perjuangan industri TPT belum rampung dalam tahap recovery dari dua tahun didera Pandemi Covid-19. Perbaikan regulasi dan implementasi regulasi sangat perlu didukung sehingga perlindungan negara terhadap industry TPT," kata Jemmy dalam acara CEO Gathering API di Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Jemmy mengaku, keprihatinan yang menyelimuti sektor TPT terjadi sejak pandemi Covid 19 dan masih terasa sampai sekarang. Dampak pandemi masih membuat order dari mancanegara menurun dan jenuhnya barang import TPT di pasar domestic menjadi penyebab mendungnya industri TPT.

Disisi lain, Jemmy menyoroti terkait gelombang PHK yang sudah terjadi sejak tahun 2022, dan potensi gelombang kedua diperkirakan terjadi di tahun 2023.

Menurutnya, industri padat karya, termasuk TPT, persepatuan dan alas kaki, diyakini bisa membantu pemerintah mengatasi potensi tsunami pengangguran yang diakibatkan oleh bonus demografi.

Deindustrialisasi

Dia menjelaskan, terjadinya pelemahan industri atau sering disebut sebagai deindustrialisasi akan mengakibatkan serapan tenaga kerja menurun drastis, padahal lonjakan tenaga kerja dari bonus demografi tidak terbendung.

"Maka, upaya-upaya besar harus dilakukan oleh API, APSYFI dan Bersama pemerintah," ujarnya

Pihaknya berharap agar pemerintah bersikap responsive dalam waktu yang cepat dan akurat, serta tepat sasaran, sehingga sektor padat karya TPT ini bisa bertahan menghadapi turbulensi ekonomi internasional dan domestik.

"Para pelaku IKM sektor garmen adalah aktor penting untuk menggerakkan ekononomi. Maka, kita bersama sama pemerintah dan pelaku industri TPT berskala besar, harus bersama-sama berjuang untuk meningkatkan produktifitas sandang," ujarnya.

Industri TPT adalah salah satu industri padat karya yang bisa menyerap tenaga kerja tanpa berpendidikan tinggi. Alhasil diyakini, bonus demografi bisa terserap dengan baik disektor ini. "Tetapi, saat ini TPT sedang mengalami masalah masalah yang cukup besar," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengusaha Tekstil Tak Terima Dianggap Biang Kerok Polusi Udara Jakarta

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan memberikan sanksi kepada industri yang tidak memasang scrubber. Kebijakan sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.

Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, menilai permasalahan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya ini merupakan tanggungjawab bersama.

"Mengenai polusi ini menjadi tanggung jawab bersama," kata Jemmy saat ditemui di acara CEO Gathering API di Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Selain itu, Jemmy mengingatkan bahwa tidak semua industri tekstil menggunakan energi batu bara guna menjalankan boiler atau ketel uap untuk menghasilkan steam.

Kendati demikian, industri tekstil yang menggunakan energi batu bara guna menjalankan boiler biasanya sudah memasang scrubber untuk menurunkan kdar polusi yang dihasilkan.

"Rata-rata contohnya kalau diindustri tekstil kan yang menggunakn energi batu bara kebanyakan itu untuk menjalankan boiler untuk mnghasilkan steam, dan rata-rata di mereka sudah ada namanya water scruber untuk menurunkan kadar polusinya," ujarnya.

Kemudian, Jemmy juga menanggapi adanya pernyataan yang menyebut industri tekstil sebagai biangkerok penyebab polusi di ibu kota. Menurutnya, justru hanya sebagian kecil saja industri tekstil yang menggunakan energi batu bara.

"Saya pikir industri yang menggunakan batu bara cukup banyak, bukan hanya industri tekstil saja. Mungkin industri tekstil sebagian kecil yang menggunakan batu bara. Itu (biasanya) diindustri pencelupan hanya sebagian kecil dari satu mata rantai proses produksinya (gunakan energi batu bara)," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Kasus ISPA Naik, Kemenkes Siapkan 740 Fasilitas di Jabodetabek untuk Tangani Dampak Polusi Udara

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per 28 Agustus 2023, kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA pada area Jabodetabek berada di atas 200 ribu per bulan.

Peningkatan kasus ISPA tersebut sejalan dengan terjadinya masalah polusi udara yang belakangan terjadi di Jabodetabek. Merespons hal itu, pihak Kemenkes RI pun telah menyiapkan fasilitas untuk menangani dampak polusi udara.

Dalam hal ini, Kemenkes RI berfokus menyiapkan setidaknya 740 fasilitas kesehatan yang tersebar di Jabodetabek agar bisa menangani kasus ISPA akibat polusi udara yang tidak sehat.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa fasilitas kesehatan yang disiapkan oleh Kemenkes RI berupa 674 puskesmas di Jabodetabek, 66 rumah sakit Jabodetabek dan RS Persahabatan sebagai Pusat Respirasi Nasional.

"Kita sudah meminta organisasi profesi dan kolegium dokter spesialis paru untuk mendidik dokter-dokter puskesmas agar paham tentang penyakit paru karena kalau ISPA bisa ditangani di puskesmas dan kita pastikan alat-alatnya juga ada," ujar Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan pers yang ditulis Kamis, (31/8/2023).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini