Sukses

JPMorgan Prediksi Resesi Amerika Serikat Tak Terjadi pada 2023

Ekonom JPMorgan, Michael Feroli prediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dapat capai 2,5 persen pada kuartal III 2023. Resesi masih dapat dihindari tetapi risiko tetap tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom JPMorgan Chase pada Jumat, 4 Agustus 2023 bergabung bersama pelaku pasar di wall street lainnya yang anggap resesi dapat dihindari.

Dikutip dari CNBC, Minggu (6/8/2023), JPMorgan mencatat meski risiko masih tinggi dan pertumbuhan ke depan akan melambat, aliran data yang keluar menunjukkan pendaratan yang melunak.

Itu terjadi meski serangkaian kenaikan suku bunga diterapkan dengan maksud untuk memperlambat ekonomi dan beberapa tantangan besar lainnya.

Ekonom JPMorgan, Michael Feroli menuturkan kepada klien kalau metrik baru-baru ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi sekitar 2,5 persen pada kuartal III 2023, dibandingkan dengan perkiraan JPMorgan sebelumnya ekspansi 0,5 persen.

“Mengingat pertumbuhan ini, kami ragu ekonomi akan segera kehilangan momentum yang cukup untuk tergelincir ke dalam kontraksi ringan pada kuartal berikutnya, seperti yang telah kami proyeksikan sebelumnya,” tulis Feroli.

Seiring dengan data positif, ia menunjuk pada penyelesaian kebuntuan pagu utang Amerika Serikat di Kongres serta pengendalian krisis perbankan pada Maret sebagai hambatan potensial yang telah dihilangkan.

Selain itu, ia mencatat peningkatan produktivitas, sebagian karena penerapan kecerdasan buatan yang lebih luas dan peningkatan pasokan tenaga kerja bahkan ketika perekrutan telah melunak dalam beberapa bulan terakhir.

Risiko Tak Sepenuhnya Hilang

Namun, Feroli menuturkan, risiko tidak sepenuhnya hilang. Secara khusus, ia mengutip bahaya kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali sejak Maret 2022.

Kenaikan suku bunga itu telah mencapai 5,25 persen, tetapi inflasi masih bertahan jauh di atas target bank sentral 2 persen.

“Sementara resesi bukan lagi skenario kami, risiko turun masih sangat tinggi. Salah satu cara risiko ini bisa terwujud jika the Fed tidak menaikkan suku bunga,” ujar Feroli.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

The Fed Pangkas Suku Bunga pada Kuartal III 2024

 

Feroli menuturkan pihaknya tidak berharap the Fed pangkas suku bunga mulai kuartal III 2024. Harga di pasar saat ini indikasikan pemangkasan suku bunga pertama dapat dilakukan paling cepat Maret 2024, berdasarkan data CME Group.

Penetapan harga pasar juga menunjuk kuat ke arah resesi. Indikator the Fed New York juga melacak perbedaan antara imbal hasil treasury bertenor 3 bulan dan 10 tahun menunjuk peluang 66 persen dari kontraksi dalam 12 bulan ke depan. Apa yang disebut kurva imbal hasil terbalik telah menjadi prediksi resesi yang andal sejak 1959.

Namun, suasana di wall street telah berubah tentang ekonomi. Awal pekan ini, Bank of America juga menyerah pada panggilan resesi. Bank of America memberitahu klien kalau data yang masuk baru-baru ini telah membuat menilai kembali perkiraan itu.

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi AS

Bank of America sekarang melihat pertumbuhan 2023 sebesar 2 persen, lalu 0,7 persen pada 2024 dan 1,8 persen pada 2025. Goldman Sachs juga baru-baru ini menurunkan kemungkinan resesi menjadi 20 persen dari 25 persne.

Proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) the Fed pada Juni menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan masing-masing di atas 1 persen, 1,1 persen dan 1,8 persen. Ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, pekan lalu, ekonom tidak lagi anggap kontraksi kredit akan sebabkan resesi ringan pada 2023.

3 dari 5 halaman

The Fed Tepis Kekhawatiran Resesi Amerika Serikat pada 2023

Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dinilai tidak lagi berpikir resesi akan terjadi pada 2023.

Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (27/7/2023), Ketua the Fed Jerome Powell menegaskan bank sentral AS tidak lagi melihat resesi akan terjadi pada 2023.

Pada Rabu, 26 Juli 2023 waktu setempat, the Fed mengumumkan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin. Hal ini dilakukan setelah mempertahankan suku bunga pada Juni 2023. Menaikkan suku bunga merupakan langkah terbaru the Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen dan sementara data inflasi terbaru menunjukkan harga sedang mendingin atau mereda.

Pada konfrensi pers, Powell menuturkan, kenaikan tambahan suku bunga akan diperlukan untuk terus memerangi inflasi.

“Kita telah menempuh perjalanan jauh. Kami dengan tegas berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen. Inflasi berulang kali terbukti lebih kuat dari yang kami (perkirakan-red), dan pada titik tertentu itu mungkin berubah,” ujar dia.

Powell menuturkan, pihaknya bersiap untuk ikuti data. “Dan mengingat seberapa jauh kami telah melangkah, kami dapat sedikit bersabar dan juga tegas saat kami membiarkan hal ini terungkap,” ujar dia.

Namun, dia menepos kekhawatiran resesi. Ia menuturkan, the Fed tidak lagi perkirakan resesi pada 2023. Ini berbeda dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau Komite Pasar Terbuka Federal sebelumnya yang membuat the Fed prediksi resesi berpeluang terjadi.

Komentar Powell tersebut menjadi tanda lain kalau Amerika Serikat dapat mencapai soft landing. The Fed dapat terus memerangi inflasi sambil hindari penurunan ekonomi yang parah.

Itu adalah sesuatu yang dikatakan oleh Powell dan Menteri Keuangan Janet Yellen. Kepada Bloomberg TV, Yellen menuturkan, pertumbuhan telah melambat, tetapi pasar tenaga kerja Amerika Serikat terus cukup kuat. “Saya tidak mengharapkan resesi. Data inflasi terbaru cukup menggembirakan,” kata dia.

 

4 dari 5 halaman

Prediksi CBO

Mengenai kenaikan suku bunga lebih lanjut pada 2023, Powell tidak memberikan petunjuk apapun tentang ke mana arah komite. Pertemuan FOMC berikutnya adalah pada September, dan Powell menuturkan the Fed akan evaluasi data pekerjaan dan inflasi yang akan datang untuk menentukan tindakan terbaik selanjutnya.

“Kami belum membuat keputusan tentang pertemuan pada masa depan, termasuk langkah yang akan kami pertimbangkan untuk mendaki. Tapi kami akan menilai perlunya pengetatan lebih lanjut yang mungkin sesuai,” ujar Powell.

CBO Nilai Sejumlah Ekonomi AS Melemah hingga 2024

Sementara itu, the Congressional Budget Office (CBO) pada Rabu pekan ini melaporkan pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan sepanjang 2023 lebih kuat dari perkiraan pada Februari. Akan tetapi pandangan mereka diperbarui dengan bagian-bagian ekonomi melemah hingga 2024.

Anggaran 10 tahun terakhir dan prospek ekonomi dari kantor nonpartisipan menunjukkan betapa sulitnya untuk mengetahui ke mana arah Amerika Serikat setelah pandemi COVID-19.

Banyak ekonom dan investor lengkah karena kenaikan suku bunga the Fed yang dimaksudkan untuk memerangi inflasi yang tinggi, tidak menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan resesi. Sebaliknya pertumbuhan dan perekrutan tetap solid.

 

5 dari 5 halaman

The Fed Diprediksi Kembali Kerek Suku Bunga

CBO prediksi suku bunga akan terus meningkat, dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) lebih lambat pada semester II 2023. Selain itu, pengangguran mencapai 4,7 persen pada akhir 2024.

Pada Februari, agensi proyeksikan tingkat pengangguran akan melonjak 5,1 persen. Saat ini 3,6 persen. CBO prediksi tingkat itu akan sekitar 4,1 persen pada akhir 2023.

Pengeluaran konsumen akan menurun akhir tahun ini dan partisipasi angkatan kerja menurun karena pengusaha membutuhkan lebih sedikit pekerja.

Titik terangnya, inflasi akan menurun karena tindakan the Fed untuk menjinakkan kenaikan inflasi yang menguat pada laju tahunan tertinggi dalam empat dekade pada Juni tahun lalu.

The Fed telah mencoba untuk memangkas inflasi dengan menaikkan suku bunga acuannya. Pada Rabu,26 Juli 2023, the Fed menaikkan suku bunga ke-11 kali dalam 17 bulan menjadi 5,3 persen yang merupakan level tertinggi sejak 2001.

CBO mengeluarkan proyeksi yang umumnya lebih pesimistis dibandingkan the Fed. Laporan terbaru mengakui ketidakpastian itu. “Proyeksi sangat tidak pasti, dan banyak faktor dapat menyebabkan hasil yang berbeda,” ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.