Sukses

Mau Sanksi Rusia, Dolar AS Bisa Ikutan Jadi Korban

Menkeu AS Janet Yellen akui ada risiko dari sanksi finansial yang dikenakan terhadap Rusia pada hegemoni dolar.

Liputan6.com, Jakarta Dolar Amerika Serikat atau USD dikhawatirkan berada dalam posisi rentan ketika sanksi ekonomi yang dikenakan pada Rusia mendorong negara lain mencari alternatif.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada Minggu (16/4).

"Ada risiko ketika kita menggunakan sanksi finansial yang dikaitkan dengan peran dolar yang seiring waktu dapat merusak hegemoni dolar," kata Yellen, dikutip dari Channel News Asia, Senin (17/4/2023).

"Tentu saja, hal itu menimbulkan keinginan di pihak China, Rusia, Iran untuk mencari alternatif," bebernya dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Tetapi dolar digunakan sebagai mata uang global dengan alasan yang tidak mudah bagi negara lain untuk menemukan alternatif dengan sifat yang sama, tambah Menkeu AS.

Pasar modal AS yang kuat dan supremasi hukum "sangat penting dalam mata uang yang akan digunakan secara global untuk transaksi", tambahnya.

"Dan kami belum melihat negara lain yang memiliki dasar ... infrastruktur institusional yang memungkinkan mata uangnya melayani dunia seperti ini," dia menyebutkan.

Sementara itu, ketika itanya tentang kemungkinan menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina yang dilanda perang, Yellen menjawab : "Rusia harus membayar kerusakan yang ditimbulkannya".

Namun dia juga mencatat ada "kendala hukum tentang apa yang dapat kami lakukan dengan aset Rusia yang dibekukan, dan kami sedang mendiskusikan dengan mitra kami apa yang mungkin terjadi di masa depan".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Komentar Pejabat The Fed Bikin Rupiah Hari Ini Melemah ke 14.762 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. tekanan yang terjadi pada nilai tukar rupiah hari ini karena adanya komentar hawkish dari beberapa pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.

Pada Senin (17/4/2023), nilai tukar rupiah dibuka melemah 57 poin atau 0,39 persen ke posisi 14.762 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya, yakni 14.705 per dolar AS.

"Pejabat AS mengatakan kenaikan suku bunga acuan masih dibutuhkan untuk menurunkan inflasi," ujar Chief Analist DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara. 

Ia menyebutkan komentar hawkish pejabat Fed membuat imbal hasil obligasi AS meningkat dan dolar AS mengalami rebound.

Dolar AS rebound dari level terendah satu tahun di awal sesi Asia pada Senin pagi. Terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, indeks dolar AS naik 0,15 persen menjadi 101,82, berdiri agak jauh dari level terendah satu tahun pada Jumat 14 April 2023 di 100,78.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, berdiri di 4,1137 persen, setelah mencapai puncak sekitar dua minggu di 4,137 persen pada Jumat 14 April 2023. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir di 3,5261 persen.

Beberapa pembicaraan Fed yang hawkish menambah ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi, dengan Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Otoritas Moneter AS tersebut dapat menaikkan 25 basis poin lagi bunga acuan pada bulan depan.

3 dari 4 halaman

Sentimen dari Dalam Negeri yang Mempengaruhi Rupiah

Kendati demikian dari dalam negeri, Lukman menuturkan investor akan menantikan data perdagangan Indonesia yang akan dirilis siang ini dan diperkirakan masih akan mengalami surplus perdagangan yang besar.

"Rilis data ini bisa menahan rupiah dari pelemahan lebih lanjut dari dolar AS," jelasnya.

Oleh karena itu, ia memprediksi rupiah berpeluang bergerak di kisaran 14.750 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS sepanjang hari ini.

Sedangkan pada Jumat 14 April 2023, rupiah ditutup naik 41 poin atau 0,28 persen ke posisi 14.705 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.746 per dolar AS.

4 dari 4 halaman

Bos BI: Nilai Tukar Rupiah Lebih Gagah dari India-Malaysia

Diwartakan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar mata uang rupiah lebih perkasa dibanding dengan negara tetangga. Diantaranya Malaysia, Thailand, hingga India.

Dia mencatat nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,75 persen secara point-to-point di akhir Februari 2023. Namun, jika dilihat secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 15 Maret 2023 menguat 1,32 persen dari level akhir Desember 2022.

Angka ini yang disebut Perry Warjiyo lebih baik dari capaian daei Rupee India, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia.

"Apresiasi ini lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16 persen serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04 persen dan -1,8 persen," urainya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini