Sukses

Mungkinkah Indonesia Kena Jebakan Utang China Gara-Gara Proyek Kereta Cepat? Ini Kata Menko Luhut

Menko Luhut akan melobi kembali suku bunga atau interest rate pinjaman proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tadinya ditawarkan 3,4 persen agar lebih rendah lagi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan Indonesia mampu membayar suku bunga atau interest rate pinjaman proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kepada China Development Bank (CDB).

"Kemampuan bayar kita nggak ada masalah. Kok ragukan negaramu sih. kalian ini jangan underestimate sama negara kita," kata Menko Luhut dalam konferensi pers Update Kerjasama Indonesia-Tiongkok, Senin (10/4/2023).

Luhut menjelaskan, kondisi perekonomian Indonesia semakin efisien dan baik, hal itu dilihat dari penerimaan pajak mencapai Rp 162,23 triliun pada Januari 2023, atau tumbuh 48,60 persen secara tahunana dibandingkan 2022.

"Negara kita makin efisien makin baik Karena kamu lihat penerimaan pajak naik 48,6 persen, karena banyak efisiensi digitalisasi, efisiensi batu bara segala macam karena digitalisasi," ujarnya.

Lebih lanjut, Luhut mengungkapkan pihaknya akan melobi kembali suku bunga atau interest rate pinjaman proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tadinya ditawarkan 3,4 persen agar lebih rendah lagi.

"Kalau bunga kita berharap, kemarin dia sudah mau di bawah 4 persen, tapi kita masih lebih rendah lagi, overrun yang pertama sudah 3,4 persen, tapi kita mau lebih rendah lagi," ungkapnya.

Bahkan sebelumnya, Luhut telah melobi Tiongkok soal penyelesaian pinjaman pembengkakan biaya atau cost overrun proyek KCJB agar suku bunga pinjaman tersebut lebih rendah menjadi 2 persen.

"Ya maunya kita kan 2 persen, tapi kan gak semua kita capai. Karena kalau kamu pinjam keluar juga bunganya itu sekarang bisa 6 persen juga. Jadi, kalau dapat kita 3,4 persen misalnya sampe situ ya we're doing okay, walaupun tidak oke-oke amat, tapi dibandingkan kalau kita keluar, ya to?," ujar Luhut.

Diketahui, jumlah uang yang akan dipinjam Indonesia dari CDB sebesar USD 560 juta. Rencananya, pinjaman tersebut akan digunakan untuk membayar pembengkakan biaya atau cost overrun proyek KCJB senilai USD 1,2 miliar atau setara Rp18 triliun (kurs USD 1 = Rp 14,909).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kejar Target, Stafsus Erick Thohir Pastikan Utang untuk Proyek KCJB Diproses Cepat

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga memastikan proses dana pinjaman ke China Dveelopment Bank (CDB) untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan diproses dengan cepat. Apalagi, ada target megaproyek itu rampung pada Juni 2023 ini.

Diketahui, pasca finalnya angka cost overrun atau pembengkakan biaya proyek KCJB, konsorsium pelaksana proyek perlu mengambil pinjaman ke CDB. Sementara, sisanya dimbil dari patungan, termasuk juga Penyertaan Modal Negara (PMN).

"Lagi proses lah (pinjaman ke CDB), tapi yang pasti ini semua kan akan cepat. Karena apa, karena kalau udah kesepakatan udah jalan mereka kan harus mengejar proyek ini," kata dia saat ditemui di Kementerian BUMN, Kamis (23/2/2023).

"Karena kita tahu proyeknya kan harus selesai bulan Juni kan, Juni sudah selesai gitu targetnya seperti itu. Pasti ini sudah selesai lah," sambungnya.

3 dari 3 halaman

Porsi Biaya

Diketahui porsi biaya yang ditambal oleh utang itu 75 persen dari total pembengkakan biaya proyek KCJB. Utang atau pinjaman yang perlu ditarik oleh konsorsium sendiri senilai USD 550 juta, atau setara Rp 8,36 triliun (kurs Rp 15.200 per dolar AS). Mengingat besaran cost overrun yang sudah disepakati antara Indonesia dan China adlaah USD 1,2 miliar.

Arya menjelaskan kalau diskusi mengenai hal ini memang sempat jadi perhatian. Tapi, ketika sudah dibahas kembali, pihak China akhirnya menerima adanya tambahan biaya dari beberapa faktor. Misalnya, harga tanah, biaya pemindahan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang terdampak proyek.

"Jadi sesuai dengan yang kita hitung sih. Tapi kita tahu awalnya mereka nolak, tapi kan setelah mereka tau harga tanah kan naik, ada fasum fasos yang harus dipindahkan, dan itu mahal juga kan. Kemudian ada frekuensi dan sebagainya," terangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.