Sukses

Awas, Pertumbuhan Ekonomi RI Awal 2023 Diramal Melambat ke 4,9 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi 2022 capai 5,31 persen. Sayangnya, tren positif ini diprediksi tak lanjut di awal 2023.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi 2022 capai 5,31 persen. Sayangnya, tren positif ini diprediksi tak lanjut di awal 2023.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2023 hanya mencapai 4,9 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022 yang mencapai 5,01 persen.

"Kami melihat pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun 2023 jauh lebih rendah dibandingkan kuartal empat 2022. Di kuartal pertama 2023 ekonomi tumbuh sebesar 4,9 persen," kata Tauhid dalam acara Tanggapan Kinerja Ekonomi Kuartal IV-2022 di Jakarta, Selasa (7/2).

Tauhid menyampaikan, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2023 dipengaruhi oleh sejumlah hal. Antara lain terus berlanjutnya tren inflasi pada sektor pangan.

"Baru-baru ini ini kita dihadapkan pada harga beras tinggi, minyak (goreng) yang sulit diperoleh ini merupakan tantangan yang cukup besar," ucap Tauhid.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ekspor Menurun

Selain itu, kinerja ekspor Indonesia juga terus mengalami mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini akan memberatkan keuangan negara di tengah tekanan ekonomi global.

"Kita lihat 3 bulan terakhir dan masih terasa di awal Januari bahwa pertumbuhan ekspor semakin turun," jelas Tauhid.

Pengaruh lainnya, konsumsi pemerintah juga masih belum menggembirakan hingga memasuki kuartal IV-2022. Kondisi ini diperparah dengan distribusi bantuan sosial (bansos) yang belum merata bagi kelompok ekonomi miskin.

"Tentu saja ini menjadi sinyal bahwa 2023, beban memang dirasakan semakin berat. Karena itu, kami melihat pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2023 jauh lebih rendah," terangnya.

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Tertinggi Sejak 2014

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, Indonesia sempat mencetak pertumbuhan ekonomi negatif saat diterpa badai pandemi Covid-19 pada 2020. Namun dengan berbagai upaya perekonomian nasional terus menunjukan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat.

Didukung fundamental ekonomi nasional yang kuat, aktivitas ekonomi domestik tetap bergeliat meski kondisi global masih mengalami perkembangan yang pasang surut. Bauran berbagai kebijakan dan strategi konstruktif yang diambil Pemerintah, salah satunya melalui Program PC-PEN, berhasil menjadi kunci keberhasilan dalam mendorong laju ekonomi nasional.

Menko Airlangga menjelaskan, keberhasilan perjuangan tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV-2022 yang tumbuh solid sebesar 5,01 persen (yoy). Secara full year, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2022 juga mencatatkan pertumbuhan impresif sebesar 5,31 persen.

Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan Pemerintah yakni sebesar 5,2 persen dan kembali mencapai level 5 persen seperti sebelum pandemi.

"Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari angka pre-covid yang rata-rata sebesar 5 persen dan ini merupakan angka yang tertinggi sejak masa pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo,” ungkap Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (7/2/2023). 

 

4 dari 4 halaman

Pengeluaran

Dari sisi demand, mayoritas komponen pengeluaran pada Triwulan IV-2022 tumbuh kuat. Didukung windfall komoditas unggulan, ekspor mampu tumbuh double digit mencapai 14,93 persen (yoy). Sementara itu, impor tumbuh 6,25 persen (yoy) dengan didorong oleh kenaikan impor barang modal dan bahan baku.

Lebih lanjut, laju pertumbuhan konsumsi sebagai kontributor utama PDB tercatat sebesar 4,48 persen (yoy) seiring dengan pertumbuhan PMTB sebesar 3,33 persen (yoy) dan Konsumsi LNPRT sebesar 5,70 persen (yoy).

Meski demikian, Konsumsi Pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar -4,77 persen (yoy).

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.