Sukses

Harga Minyak Diramal Amblas ke USD 72 per Barel, Ini Biang Keroknya

Direktur PT Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi, harga minyak dunia masih akan terus melemah dan diperdagangkan di level USD 72 per barel pada Senin, 9 Januari 2023.

Liputan6.com, Jakarta Direktur PT Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi, harga minyak dunia masih akan terus melemah dan diperdagangkan di level USD 72 per barel pada Senin, 9 Januari 2023.

Penurunan ini terjadi pasca harga minyak dunia di tutup di USD 73,64 per barel dalam penutupan pasar Amerika Serikat (AS), Sabtu (7/1/2023).

"Harga minyak diperdagangan Senin (9/1/2023) kemungkinan masih akan melemah karena eksportir minyak mentah utama dunia, Arab Saudi menurunkan harga minyak mentah Arab yang dijualnya ke Asia ke level terendah sejak November 2021, di tengah tekanan global yang menekan harga minyak," jelas Assuaibi, Senin (9/1/2023).

Menurut dia, turunnya permintaan China sebagai importir terbesar di dunia, serta prospek ekonomi yang melambat membuat harga minyak terus melemah.

Imbas permintaan minyak global melambat, harga minyak dunia akan menyentuh di level USD 72 per barel.

Faktor lainnya, turut dipengaruhi inflasi zona euro yang jatuh bulan lalu. Namun, tekanan harga yang mendasari masih meningkat dan indikator pertumbuhan ekonomi secara mengejutkan jinak

"Itu menunjukkan bahwa Bank Sentral Eropa akan terus menaikkan suku bunga untuk beberapa bulan mendatang," imbuh Assuaibi.

"Sedangkan dalam perdagangan di hari Senin (9/1/2023), harga minyak akan di perdagangkan di rentang USD 72,56-75,55 per barel," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Catat Penurunan Mingguan Terbesar Sejak 2016

Sebelumnya, harga minyak sedikit berubah pada hari Jumat karena pasar menyeimbangkan dolar AS yang lebih lemah dan laporan pekerjaan AS yang beragam. Meski demikian, kedua tolok ukur minyak mentah tersebut mengakhiri minggu pertama tahun ini lebih rendah karena kekhawatiran resesi global.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (7/1/2023), harga minyak Brent berjangka turun 12 sen, atau 0,2 persen, menjadi menetap di USD 78,57 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 10 sen, atau 0,1 persen, menjadi menetap di USD 73,77.

Untuk minggu ini, Brent dan WTI turun lebih dari 8 persen, penurunan mingguan terbesar mereka untuk memulai tahun ini sejak 2016. Kedua tolok ukur tersebut telah naik sekitar 13 persen selama tiga minggu sebelumnya.

“Pasar minyak mungkin mendapatkan kembali ketenangan setelah pertumpahan darah awal pekan ini, tetapi potensi kenaikannya tetap terbatas, setidaknya dalam waktu dekat. Prospek ekonomi mendung,” kata analis PVM Stephen Brennock.

Aktivitas industri jasa AS pada November mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun, menurut laporan dari Institute for Supply Management (ISM).

Tetapi laporan lain menunjukkan ekonomi AS menambahkan pekerjaan pada klip yang solid pada bulan Desember, mendorong tingkat pengangguran kembali ke level terendah pra-pandemi sebesar 3,5 persen karena pasar tenaga kerja tetap ketat.

Laporan pekerjaan AS itu menyebabkan dolar AS jatuh dan saham global menguat karena investor bertaruh bahwa inflasi mereda dan Federal Reserve AS (Fed) tidak perlu seagresif yang dikhawatirkan beberapa orang.

Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak, karena komoditas berdenominasi dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

3 dari 3 halaman

Laporan Tenaga Kerja AS

Presiden Federal Reserve (Fed) Atlanta Raphael Bostic mengatakan angka pekerjaan AS terbaru adalah tanda lain bahwa ekonomi secara bertahap melambat dan jika itu terus berlanjut, Fed dapat turun ke kenaikan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan kebijakan berikutnya.

Eksportir minyak mentah utama dunia, Arab Saudi, menurunkan harga minyak mentah ringan Arab yang dijualnya ke Asia ke level terendah sejak November 2021 di tengah tekanan global yang memukul minyak.

Pasar saham di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mencatat kemenangan beruntun lima hari pada hari Jumat di tengah ekspektasi investor bahwa ekonomi China akan segera bangkit dari kesengsaraan COVID dan melakukan pemulihan yang kuat pada tahun 2023.

Tetapi, lebih banyak negara di seluruh dunia menuntut pengunjung dari China melakukan tes COVID, beberapa hari sebelum China melepaskan kontrol perbatasan dan mengantarkan kembalinya perjalanan yang ditunggu-tunggu untuk populasi yang sebagian besar telah terjebak di rumah selama tiga tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.