Sukses

Wamenkeu: Pasca Pandemi, Situasi Parah Dunia Saat Ini di Luar Dugaan

Publik dunia tidak ada yang menyangka, situasi ekonomi global pasca pandemi Covid-19 akan dibalut banyak ketidakpastian yang menyebabkan krisis ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta Publik dunia tidak ada yang menyangka, situasi ekonomi global pasca pandemi Covid-19 akan dibalut banyak ketidakpastian yang menyebabkan krisis ekonomi. Diawali dengan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, ditambah gejolak inflasi, yang berimbas terhadap kenaikan harga komoditas.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam acara tahunan The Indonesia 2023 Summit, Rebuild The Economy 2023: Tackling Uncertainity Challenges through Stronger Economic and Industry Policy, yang digelar MUFG, Danamon dan Adira Finance, Kamis (27/10/2022).

Berkaca ke belakang, Suahasil mengatakan, pemerintah sudah memprediksi, geliat ekonomi akan kembali berjalan seusai wabah pandemi. Sehingga itu akan meningkatkan kepercayaan diri pasar.

"Dari awal kita sudah membayangkan, kalau pandeminya mau selesai, maka ekonomi akan muncul, permintaan/demand akan muncul, tetapi supply side-nya mungkin belum bisa langsung memproduksi barang dan jasa seperti sebelum pandemi," ungkapnya.

"Maka akan ada missmatch. Akibatnya, harga naik, inflasi. Jadi kita membayangkan inflasinya akan terjadi kalau pandeminya berakhir," kata Suahasil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perang Rusia vs Ukraina Sumber Masalah Baru

Namun memasuki tahun ini ketika penyebaran Covid-19 perlahan mereda, dunia justru dikejutkan atas serangan Rusia terhadap Ukraina. Itu berimbas terhadap kenaikan harga komoditas dunia.

"Yang kita tidak bayangkan awal 2022 ini, Rusia nyerang Ukraina, yang kemudian menyebabkan keseluruhan konstelasi dunia menjadi volatile secara serius. Kita bisa lihat harga gas, batu bara, minyak, CPO, ada beberapa komoditas pangan lainnya, luar biasa," bebernya.

"Saya yakin, pelaku usaha harus membuat perencanaan dengan situasi harga seperti ini, dan ini bukan sesuatu yang mudah," ujar Suahasil.

Tak hanya hari ini, situasi sulit diprediksi bakal terus terjadi ke depannya. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku usaha harus bersiap menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.

"Karena itu lah, di perekonomian dunia terus sepanjang tahun outlook terus turun. Itu menjadi sesuatu yang harus kita antisipasi," tegas Suahasil.

 

3 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Ciamik, Indonesia Aman dari Pasien IMF

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat kabar dari Amerika Serikat (AS), dimana sebanyak 28 negara meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk dibantu perekonomiannya.

Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, menegaskan kondisi Indonesia sejauh ini masih dalam posisi yang cukup baik perekonomiannya. Artinya, Indonesia tidak termasuk dalam 28 negara yang minta bantuan dana ke IMF.

Hal itu disampaikan Destry dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.39 bertajuk “Sinergi dan Inovasi Kebijakan untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, Jumat (21/10/2022).

“Pertemuan IMF World Bank Annual Meeting yang baru saja selesai di Washington DC dan terinfo bahwa pada saat ini sudah ada 28 negara yang telah mengajukan permintaan bantuan keuangan dari IMF. Nah, bagaimana dengan Indonesia Alhamdulillah sejauh ini kita masih dalam posisi yang cukup baikn, dimana perekonomian kita di kuartal 2 kemarin masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” kata Destry.

Bahkan, Bank Indonesia optimis memperkirakan sepanjang Tahun 2022 ini perekonomian Indonesia bisa tumbuh di kisaran 4,5 – 5,3 persen.

Lanjutnya, kondisi perekonomian global saat ini menghadapi suatu ketidakpastian yang sangat tinggi. Bank Indonesia menyebut kondisi itu VUCA, yakni Volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity.

“Nah ini, tentunya akan menyebabkan tekanan tidak hanya pada negara maju tetapi juga pada negara berkembang. Bahkan kalau kita lihat episentrum dari terjadinya Gejolak VUCA saat ini adalah kita lihat di negara maju,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.