Sukses

Rupiah Terus Melemah, Mendag Zulkifli Hasan Bisa Apa?

Nilai tukar rupiah melemah pada Jumat (23/9/2022) lalu ke posisi Rp 15.037 per Dolar AS. Pelemahan ini disinyalir akan berdampak kepada kenaikan harga barang impor yang ada di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Jumat (23/9/2022) lalu ke posisi Rp 15.037 per Dolar AS. Pelemahan ini disinyalir akan berdampak kepada kenaikan harga barang impor yang ada di Indonesia.

Mengacu pola yang biasa terjadi, setelah adanya pelemahan nilai tukar, biasanya dalam waktu singkat kenaikan harga barang impor langsung terjadi di pasaran. Padahal, stok yang dimiliki kadang masih merupakan stok lama.

Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan dinilai perlu melakukan sejumlah upaya, termasuk pemgawasan harga di pasaran. Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan?

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan kalau Kemendag secara khusus mengatur harga bahan pokok di dalam negeri. Ini bisa dilakukan dengan penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET), meski langkah ini tak bisa dilakukan ke produk impor diluar bahan pokok.

"Gini, tidak semua (bisa diterapkan) HET. Kalau yang diatur kita kan bapok aja, yang lainnya tidak diatur, ekonomi pasar saja," kata dia dalam Kinerja 100 Hari Kementerian Perdagangan yang dipimpin Zulkifli Hasan, Minggu (25/9/2022).

Ia mengakui, kalau ada pelemahan nilai tukar pasti akan berimbas ke banyaknya masalah. Kendati, masalah yang ditimbulkan seperti kenaikan harga diklaim tak akan berpengaruh terlalu besar.

"Misalnya, harga gandum itu cenderung sudah turun, harga tertingginya sudah kita lewati. Paling pengaruhnya ke bahan baku pakan ternak, itu kan tidak banyak, gandum, jagung, paling terhadap tepung ikan dan vitamin, gak akan banyak juga," terang Mendag.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bansos Jadi Bantalan

Pada kesempatan itu, Mendag Zulkifli juga menilai kalau pemberian bantuan sosial (bansos) turut ikut andil. Meski, prioritasnya adalah menangani dampak dari kenaikan harga BBM.

Di sisi yang bersamaan, sejumlah nominal yang didapatkan beberapa kalangan masyarakat, menurutnya, bisa jadi solusi mengantisipasi kenaikan harga-harga di dalam negeri. Termasuk imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Tapi kalau udah rupiah bisa langsung ke harga. Nah itu sudah diatasi dengan BLT itu, saya siapkan bantuan langsung itu gak ada gejolak ketika BBM naik, yang marah itu aktivis, nah tapi yang dibawah enggak," kata dia.

Misalnya, adanya bantuan subsidi upah (BSU) sebesar Rp 600.000 itu dinilai mampu memberikan kenaikan upah snilai 7,7 persen. Sementara, BLT BBM mampu menambah pendapatan masyarakat 4,9 persen.

Mendag Zulkifli mengklaim dengan adanya bantuan ini, masyarakat bisa terbantu meski ada kenaikan harga pasca penyesuaian harga BBM subsidi. Termasuk juga bantuan subsidi angkutan logistik yang dialokasikan dari dana milik daerah.

 

3 dari 4 halaman

Rupiah Melemah

Sebelumnya, Rupiah ditutup melemah 14 poin pada perdagangan Jumat, 23 September 2022 walaupun sempat melemah 15 poin di level Rp 15.037. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 15.203.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Senin, 26 September 2022. "Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.020 hingga Rp 15.070," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu, (24/9/2022).

Secara Internal, di saat negara-negara lain bermasalah akibat krisis energi, fundamental ekonomi Indonesia relatif bagus karena telah berhasil bertahan di tengah gempuran pandemi Covid-19.

Adapun indikator terbilang relatif baik ialah dari sisi jumlah kasus harian, jumlah vaksinasi, dan juga kemampuan Indonesia dalam menangani dan merawat masyarakat yang terkena Covid-19.

"Hal itu tentu suatu hal yang luar biasa, lanjutnya, banyak negara jika bicara ASEAN, G20, atau negara -negara lain di luar G20 dan ASEAN, banyak bahkan sampai hari ini belum mencapai atau pulih ekonominya melewati kondisi pre-pandemi," ujar Ibrahim.

 

4 dari 4 halaman

Prestasi

Ini merupakan sebuah prestasi ketika berhubungan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dengan menggunakan instrumen APBN yang relatif prudent, yaitu untuk bisa menangani Covid, memulihkan ekonomi, defisit dan tambahan utang negara itu relatif sangat terkendali dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Walaupun kenaikan suku bunga 50 basis poin kurang direspons pasar. Namun Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen dengan kecenderungan ke atas.

Perbaikan ekonomi nasional terus berlanjut dengan semakin membaiknya permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.