Sukses

Tak Mau Kantong Kering saat Lebaran? Simak Tipsnya

Naiknya harga sejumlah bahan pokok menjadikan masyarakat harus berhemat jika tak ingin kantong kering saat Lebaran.

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga bahan pangan dan barang lainnya diprediksi terjadi berkepanjangan. Bahkan kenaikan diprediksi terjadi sepanjang ramadhan hingga pasca Idul Fitri atau Lebaran.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menaksir kenaikan harga barang akan terjadi terus menerus. Ini juga diakibatkan momentum penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 Persen per 1 April 2022.

"Sebenarnya produsen itu sudah sangat sabar menahan kenaikan harga karena pada kuartal IV 2021 inflasi disisi produsen sudah 8.7 persen cuma mereka takut omset turun kalau buru buru naikan harga. Nah dengan momentum kenaikan PPN, maka penyesuaian harga bisa terjadi secara terus menerus," katanya kepada Liputan6.com, Minggu (3/4/2022).

Namun, dengan kenaikan yang terjadi ini, ia menyarankan sejumlah jal kepada masyarakat. Pertama, lebih banyak berhemat dan mengatur pengeluaran.

"Jauhi impulsive buying atau pembelian barang karena tren sesaat atau karena promo," katanya.

Kedua, cari pendapatan sampingan contohnya berjualan menggunakan platform online disela kesibukan.

Ketiga, sisakan dana untuk investasi agar aset tidak tergerus inflasi.

"Contohnya investasi di reksadana saham mendapat imbal hasil 8 persen maka ketika inflasi 5 persen masih ada untung secara riil sebesar 3 persen," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ganggu Daya Beli

Daya Beli masyarakat kelas menengah rentan bakal terganggu dari kenaikan harga berbagai bahan dan energi. Ini akibat dari kenaikan harga secara hampir bersamaan dan menghadapi momen Ramadhan.

Diketahui, sejumlah harga pangan masih bertahan di harga tinggi, mulai dari minyak goreng hingga cabai rawit merah. Di sisi lain, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 Persen dan kenaikan harga Pertamax pun terjadi.

"Pukulan bagi daya beli berdampak luas terhadap masyarakat kelas menengah rentan. Ada skitar 115 juta kelas menengah yang disebut aspiring middle class," kata dia.

Ia menyebut kalangan ini merupakan kelompok rapuh meski disebut kelas menengah. Dengan adanya kenaikan harga pangan dan energi sedikit saja maka bisa turun kelas dibawah garis kemiskinan.

"Semakin kecil pendapatan masyarakat maka semakin besar pengeluaran untuk makanan. Komponen garis kemiskinan sebesar 73 persen berasal dari pangan," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.