Sukses

Menko Luhut Sebut Indonesia jadi Darling Buat Para Investor

Berdasarkan data Kementerian Investasi, capaian investasi yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 809,6 triliun. Kemudian di 2020 naik menjadi Rp 826,3 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menjadi kesayangan para investor untuk menyuntikkan modal. Hal tersebut diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Menurut Luhut, pernyataan ini bukan klaim semata tetapi bisa dibuktikan. Hal ini tercermin dari capaian investasi asing yang masuk Indonesia sejak 2019 terus meningkat.

Tak terkecuali di 2020 meskipun Indonesia masuk ke dalam pandemi Covid-19. Dalam catatan Kementerian Investasi, masuknya modal asing ke Indonesia terus mengalami peningkatan hingga 2021, ketika terjadi gelombang penyebaran varian delta di seluruh dunia.

"Kita itu sekarang jadi darling (kesayangan) buat orang investasi. Lihat, angka (capaian investasi) dari tahun 2020, 2021 (saat) Covid-19 kan, angka investasinya naik," kata Luhut di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Berdasarkan data Kementerian Investasi, capaian investasi yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 809,6 triliun. Kemudian di 2020 naik menjadi Rp 826,3 triliun dan di tahun 2021 kembali naik melebihi target uakni Rp 901,02 triliun.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Daya Tahan

Selain itu, Indonesia juga memiliki daya tahan yang kuat di tengah krisis akibat pandemi. Bahkan di tengah tantangan di tingkat global, kondisi ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan.

"Kalau kita lihat hari ini, orang currency saja gonjang ganjing, rupiah paling stabil," kata dia.

Meski begitu dia tak menampik adanya anggapan, negara banyak mencetak utang saat krisis ekonomi. Baginya, menarik utang di saat genting seperti saat ini tidak menjadi masalah besar.

Apalagi cara yang sama juga dilakukan berbagai negara. Sehingga menjadi wajar bila negara mencetak utang demi menjaga stabilitas ekonomi dan politik ketika terjadi kegentingan.

"Kalau orang bilang utang sana sini, semua negara berutang super besar, kita ini masih termasuk kecil 40 persen dari GDP," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.