Sukses

Donald Trump dan Resesi jadi Biang Keladi Pelemahan IHSG

IHSG pada perdagangan sesi I, Selasa (20/10/2020) ditutup terkoreksi 19,64 poin atau 0,38 persen ke level 5.106,68

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I, Selasa (20/10/2020) ditutup terkoreksi 19,64 poin atau 0,38 persen ke level 5.106,68. Indeks berada di level tertinggi 5.135,07, dan kisaran terendah 5.100,81.

Pelemahan ini merupakan kelanjutan dari sesi pembukaan perdagangan hari ini pukul 09.00 WIB. Saat itu, IHSG dibuka di zona merah pada 24,21 poin atau 0,43 persen ke level 5.103,29.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menjelaskan, faktor utama pelemahan IHSG masih disebabkan oleh kepastian stimulus Covid-19 yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Market masih wait and see berkaitan dengan program stimulus AS yang belum cair lantaran dinamika politik yang terjadi antara eksekutif dan legislatif," kata Nafan kepada Liputan6.com, Selasa (20/10/2020).

Selain itu, ia menambahkan, pelaku pasar juga masih menanti data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020. Sebab, sejumlah pihak memprediksi Indonesia akan terjerumus ke lubang resesi pada triwulan ketiga lalu.

"Market juga bersikap wait and see lantaran adanya faktor kepastian resesi perekonomian Indonesia dari pemerintah," sambung dia.

Menurut Nafan, faktor lainnya yang jadi pengaruh besar terhadap pergerakan IHSG adalah pertumbuhan kasus positif Covid-19 di Tanah Air, yang secara rata-rata masih berada di kisaran 4.000 kasus per hari.

"Di sisi lain, masih belum terdapat data makroekonomi domestik maupun global yang memberikan high positive impact terhadap market," ujar Nafan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Dibuka Melemah, Investor Asing Tercatat Borong Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Sedangkan nilai tukar rupiah berada di 14.678 per dolar AS.

Pada prapembukaan perdagangan Selasa (20/10/2020), IHSG turun tipis 5,41 poin atau 0,11 persen ke level 5.120,91. Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih tetap melemah 24,21 poin atau 0,43 persen ke level 5.103,29.

Sementara indeks saham LQ45 juga melemah 0,29 persen ke posisi 788,48. Gerak indeks acuan beragam tetapi sebagian besar melemah.

Di awal perdagangan ini, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.120,9175. Sedangkan terendah 5.100,81.

Sebanyak 85 saham menguat tetapi tak mampu membawa IHSG ke zona hijau. Kemudian 131 saham melemah dan 158 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham cukup ramai yaitu 74.312 kali dengan volume perdagangan 1,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 900 miliar.

Tercatat, investor asing beli saham di pasar regular mencapai Rp 36 miliar. Sedangkan nilai tukar rupiah berada di 14.678 per dolar AS.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, hanya dua sektor yang berada di zona hijau yaitu aneka industri yang naik 1,77 persen dan sektor infrastruktur yang menguat 0,38 persen.

Sementara sektor yang melemah dipimpin oleh sektor konstruksi yang anjlok 0,94 persen. Kemudian disusul sektor perkebunan yang turun 0,49 persen dan sektor keuangan melemah 0,42 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain, CSMI naik 12,70 persen ke Rp 550 per lembar saham. Kemudian SMDR naik 8,99 persen ke Rp 316 per saham dan BOSS naik 6,19 persen ke Rp 120 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah sehingga membawa IHSG ke zona merah antara lain PPGL turun 9,47 persen ke Rp 306 per lembar saham, CTBN yang turun 6,98 persen ke Rp 2.930 per lembar saham dan JSKY turun 6,93 persen ke Rp 188 per saham.

Dikutip dari riset Ashmore, bursa saham AS jatuh ke level terendah dalam hampir dua minggu karena tampaknya Kongres tidak mungkin menyetujui paket stimulus sebelum pemilihan.

Dua minggu sebelum pemilu, pemulihan ekonomi AS kehilangan tenaga dengan latar belakang dukungan pemerintah yang berkurang, meningkatnya kasus Covid 19, dan cuaca yang lebih dingin.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank Atlanta Raphael Bostic mengatakan perlambatan perolehan lapangan kerja AS dan peningkatan proporsi PHK permanen dapat merusak pemulihan ekonomi.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.