Sukses

LPS Beberkan Risiko yang Bakal Perketat Likuiditas Perbankan

Risiko likuiditas periode Januari-Maret 2020 diperkirakan stabil.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan beberapa faktor yang berpotensi menjadi pemicu pengetatan likuiditas perbankan. Salah satunya adalah adanya tekanan dari bank kelas menengah.

"Di sisi lain masih terdapat faktor risiko di perbankan yang masih berpotensi menyebabkan pengetatan likuiditas antara lain adanya tekanan likuiditas pada sebagian bank kelas menengah yang lebih ketat dibanding kelompok bank besar dan kecil," kata Ketua Dewan Komisioner LPS, Halim Alamsyah, di kantornya, Jakarta, Jumat (24/1).

Kemudian, risiko selanjutnya muncul dari ekspansi pemerintah yang dinilai terbatas karena masih di awal tahun (sisi belanja). Namun dia menegaskan secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan (SSK) tetap terjaga seiring membaiknya kinerja pasar keuangan serta adanya sinyal positif dari faktor eksternal.

Sementara itu, risiko likuiditas periode Januari-Maret 2020 diperkirakan stabil. Adapun faktor yang potensial menyebabkan likuiditas stabil antara lain adalah posisi dan arah kebijakan otoritas moneter terbuka untuk melanjutkan strategi operasi moneter dan makroprudensial yang akomodatif.

"Pertumbuhan kredit yang diperkirakan masih rendah di kuartal I 2020 sehingga dapat mengurangi kebutuhan likuiditas bank," ujarnya.

Kemudian adanya rencana pemerintah tidak akan melakukan front loading (lebih terukur) serta meredanya volatilitas pasar keuangan ditengah optimisme hasil perundingan dagang AS-China dan tensi geopolitik Timur Tengah yang membaik akan membantu capital inflow.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Likuiditas Perbankan Diperkirakan Membaik di 2020

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS Fauzi Ichsan memprediksi likuiditas sektor perbankan Indonesia bakal membaik di tahun 2020. Hal ini didukung oleh tren penurunan suku bunga oleh bank-bank sentra.

"Fed Fund rates kan sudah turun 75 bps dari 2,5 persen ke 1,75 persen. Bahkan pelaku pasar masih memperkirakan bisa turun lagi 25 bps," ujar dia, saat ditemui, di Gedung BEI, Jakarta, Senin (4/11).

Selain itu suki bunga acuan bank central Eropa, Tiongkok, Jepang diprediksi akan tetap stabil. Dengan demikian, suku bunga acuan secara global setahun ke depan akan tetap rendah.

"Untuk sementara ini tidak ada ancaman kenaikan suku bunga global tajam yang akan memperketat likuiditas global," kata dia.

Rendahnya suku bunga global diperkirakan membuat investor bakal semakin enggan untuk memarkir dana mereka di US dolar asset. "Kita lihat suku bunga di beberapa negara sudah negatif," imbuhnya.

Sehingga dana investor global akan tertarik ke negara-negara dengan level suku bunga yang masih tinggi termasuk Indonesia. "Dengan masuknya aliran modal ke pasar obligasi kita otomatis imbal hasil turun. Ini membuat likuidutas membaik," jelas dia.

"Kalau lihat Loan deposit Ratio (LDR), itu yang di atas 92 persen itu hanya bank buku III. Bank Buku I, II dan IV, LDR-nya sudah di bawah 92 persen. Ini menunjukkan likuiditas membaik. Jadi tahun depan likuiditas bisa dibilang membaik," tandasnya. 

3 dari 3 halaman

OJK: Tak Ada Kenaikan Suku Bunga Kredit Hingga Akhir Tahun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa suku bunga kredit perbankan hingga akhir tahun ini tidak akan mengalami kenaikan. Hal ini berkaca dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terus mengalami penurunan.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan berdasarkan data OJK rata-rata suku bunga dasar kredit hingga Agustus 2019 kini mencapai sekitar 9-10 persen.

"Suku bunga kita bisa tahan suku bunga kredit ngga naik meski kemarin ada kenaikan policy rate untuk menjaga tapi sudah mulai diturunkan," ujar Wimboh di Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Saat ini, kata Wimboh perbankan juga tak hanya mengandalkan suku bunga kredit untuk pendapatan saja. Melainkan juga mengandalkan teknologi untuk mendapatkan pendapatan lain.

"Sektor perbankan yang efisiensi. Ini kebijakan perbankan operasinya menggunakan teknologi. Tranform teknologi, fee basednya cukup besar," jelas dia.

Dengan kondisi itu, OJK berharap memberikan situasi kondusif untuk pengusaha, sehingga tanpa ragu untuk mengajukan kredit ke perbankan. "kita akan berikan situasi kondusif, biar pengusaha bisa investasi dan perluas kapasitasnya terutama dorong ekspor," pungkas dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.