Sukses

Kebutuhan Gas Meningkat Jika Ibu Kota Pindah ke Kalimantan

Kebutuhan gas Kalimantan meningkat sebesar 1.222,92 MMSCFD jika Ibu Kota Indonesia pindah ke pulau tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan, kebutuhan gas Kalimantan meningkat sebesar 1.222,92 MMSCFD jika Ibu Kota Indonesia pindah ke pulau tersebut.

Kepala BPH Migas, Fanshurullah Assa mengatakan, saat ini rencana pemindahan ibu kota yang kajiannya dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) telah mencapai 90 persen. Dipastikan ibu kota yang terpilih berada di Kalimantan. 

Dengan tahapan  proses pemindahan ibu kota negara pada 2019 sebagai keputusan, pada 2020 sebagai proses perencanaan, kemudian pada 2021-2023 proses pembangunan, dan  2024 mulai memindahkan pusat pemerintahan.

"Bappenas memastikan bahwa pemindahan pusat pemerintahan Republik Indonesia yang baru ke luar Pulau Jawa dimulai tahun 2024. ," kata ‎Fanshurullah, di Jakarta, Kamis (4/7/2019).

‎Atas langkah tersebut, perlu direncanakan secara matang kebutuhan energi dan pengembangan infrastruktur khususnya di bidang gas bumi khususnya di Kalimantan.

Dengan rencana  pemindahan ibu kota negara, potensi kebutuhan gas bumi diperkirakan sebesar 1.222,92 MMSCFD. 

Rincian kebutuhan pembangkit listrik 528,6 MMSCFD,‎ potensi konsumsi gas penduduk 46,30 MMSCFD, potensi pemindahan 34 Kementerian 17,02 MMSCFD, dibangunya satu kawasan industri 530 MMSCFD, jaringan gas 101 MMSCFD.

"Maka diperkirakan terdapat demand dari Fasilitas Pembangkit Listrik, Potensi Ibu Kota, Potensi Pemindahan 34 Kantor Kementerian, Pengembangan KEK dan KI (Maloy Batuta,  Batulicin, Jorong,  Ketapang, Tanah Kuning Dan Landak), industri gas bumi sebagai bahan bakar dan bahan baku, jaringan gas rumah tangga dan pelanggan kecil serta BBG untuk transportasi," ‎papar Fanshurullah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penuhi Kebutuhan Energi Gas Alam

Dia mengungkapkan, dalam Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN), direncanakan pembangunan infrastruktur gas berupa jalur Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan dari Bontang  Banjarmasin, Palangkaraya , Pontianak sepanjang 2.019 Km, yang akan mengangkut Gas Bumi dari Bontang, Kalimantan Timur. 

Infrastruktur ini guna memenuhi kebutuhan energi gas alam bagi seluruh masyarakat di Kalimantan. Berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027, potensi pengembangan sumber gas Kalimantan  masih amat besar.

Pasokan gas bumi di Kalimantan pada  2024 diperkirakan mencapai 2.609,49 MMSCFD, terdiri dari yang sudah aktif 1.388,09 MMSCFD, proyek yang sedang berjalan 26,91 MMSCFD dan 2 project hulu yang akan first gas in dari IDD dan ENI sebesar 1.218,20 MMSCFD).

‎Berdasarkan data dari Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027, diperkirakan pasokan dan kebutuhan gas bumi di Kalimantan mengalami kelebihan pasokan dari 2018-2027, yang selama ini sebagian besar diolah menjadi LNG yang didistribusikan untuk memenuhi  komitmen LNG domestik dan ekspor.

Komitmen ekspor belum diperoleh paska 2021, tetapi hal tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal khususnya di wilayah Kalimantan untuk penggunaan transportasi, rumah tangga dan pelanggan kecil, lifting minyak, industri pupuk, industri berbasis gas bumi, pembangkit listrik dan industri berbahan bakar gas.

"Untuk itu apabila disepakati untuk mewujudkan Green Energy di Kalimantan, maka diperlukan data kebutuhan gas bumi masyarakat di Pulau Kalimantan," tandasnya.

 

3 dari 3 halaman

Pertamina Gandeng Perusahaan Oman Buat Garap Kilang Bontang

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) bermitra dengan perusahaan asal Oman yaitu Overseas Oil & Gas (OOG) untuk pembangunan kilang baru proyek Grass Root Refinery (GRR) Bontang. Komitmen ini ditandai dalam suatu perjanjian framework agreement antara kedua perusahaan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kemitraan Pertamina dengan perusahaan Oman tersebut, untuk membangun kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari dan petrokimia di Bontang, Kalimantan Timur.

Terpilihnya OOG sebagai mitra, setelah melewati mekanisme seleksi mitra untuk GRR Bontang pada Januari 2018 lalu. OOG memenangkan status patner strategis dari beberapa kompetitor lain, untuk menggarap proyek ini bersama Pertamina.

“Dengan ditandatanganinya framework agreement dengan OOG hari ini, kita dapat maju ke langkah berikutnya," kata Nicke, di Jakarta, Senin, 10 Desember 2018.

Setelah kerjasama dengan OOG sebagai mitra perusahaan patungan mayoritas di GRR Bontang, Pertamina akan mendapatkan beberapa manfaat, diantaranya mengoptimalkan belanja modal untuk melaksanakan ekspansi kilang lainnya dan program-program konstruksi misalnya di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Tuban.

Petamina juga akan melakukan pembelian bahan bakar yang diproduksi oleh GRR Bontang untuk kebutuhan dalam negeri, terutama bensin atau gasoline, avtur, dan Liquified Petroleum Gas (LPG).

"Tahap berikutnya Bankable Feasibility Study. Studi ini akan memberikan kita pemahaman yang lebih baik tentang konfigurasi teknis kilang dan keekonomian proyek serta mengenal risiko-risiko yang dapat diantisipasi sejak dini untuk pelaksanaan proyek yang tepat waktu, sesuai anggaran, pada spesifikasi, pada peraturan, dan mencapai target keekonomian proyek,” ujar Nicke.

Perjanjian kerangka kerja akan berlaku selama 12 bulan, dimana setelah dilakukan perjanjian kerangka kerja akan dilanjutkan dengan Bankable studi kelayakan, kemudian Studi Keenjiniringan lanjut proyek kilang yang rencananya berlokasi dekat Kilang Badak gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG).

OOG merupakan badan usaha downstream oil and gas business services asal Muscat, Oman, yang memiliki lingkup bisnis servis antara lain memberikan jasa dalam commercial structure(develop), design services dengan tenaga berpengalaman, manajemen konstruksi, manajemen proyek, dukungan operasi dan pemeliharaan, serta solusi teknik dan konstruksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.