Sukses

Kurang Tenaga Ahli, Biaya Perusahaan Bertambah USD 2,5 Triliun

Para pemimpin perusahaan harus fokus kepada mempertahankan karyawan berkeahlian tinggi yang dimiliki saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Kekurangan tenaga ahli akan berdampak pada kenaikan biaya perusahaan sebesar USD 2,5 triliun per tahun untuk pembayaran gaji. Hal tersebut seperti diungkapkan Korn Ferry, firma organizational consulting global dalam hasil penelitiannya.

Kenaikan biaya perusahaan USD 2,5 triliun itu secara global imbas dari kekurangan tenaga ahli. Hal tersebut pun berdampak pada setiap negara. Antara lain, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) akan keluarkan biaya tambahan paling besar terkait kenaikan gaji karyawan karena gaji premium yang akan dibayarkan mencapai lebih dari USD 531 miliar pada 2030.

Di Eropa, Jerman menjadi negara yang akan terdampak paling parah untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA) dengan potensi bayar gaji premium sekitar USD 176 miliar pada 2030.

Sementara itu, prediksi jangka pendek untuk Inggris dan Prancis adalah lebih baik. Hal itu dengan gaji premium di Inggris akan setara dengan lima persen produk domestik bruto (PDB) Inggris pada 2017. Sedangkan gaji premium di Prancis akan setara dengan empat persen PDB Prancis pada 2017. Adapun gaji premium rata-rata setiap tenaga kerja ahli di seluruh 20 negara yang diteliti mencapai USD 11.164 per tahun setiap orang.

Dhritiman Chakrabarti, Korn Ferry Head of Rewards and Benefits untuk wilayah Asia Pasifik menuturkan, para pemimpin perusahaan harus fokus kepada mempertahankan karyawan berkeahlian tinggi yang dimiliki saat ini.

Karyawan yang memiliki kesempatan mengembangkan karier, memperoleh manfaat dari kepemimpinan yang menginspirasi dan merasa pekerjaannya memiliki tujuan dan makna sehingga lebih mungkin untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.

"Paling penting, mereka akan lebih melibatkan diri di perusahaan dan lebih produktif,” kata dia.

Ia menambahkan, dalam dunia kerja di masa depan, karyawan yang sukses belum tentu merupakan karyawan yang memiliki prestasi akademik gemilang.

Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang mampu beradaptasi dan ingin selalu belajar, dengan fleksibilitas yang cukup untuk menghadapi lingkungan kerja yang dengan cepat berubah dan tidak banyak terdapat struktur hierarki. Perusahaan harus mampu mengidentifikasi talenta masa depan dan mendukung mereka dalam mencapai potensi mereka,” kata dia.

 

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Kenaikan Gaji di Asia Pasifik

Penelitian tersebut mengungkapkan dampak signifikan kenaikan gaji pada negara di Asia Pasifik. Di Jepang, perusahaan-perusahaan akan mengeluarkan biaya paling besar terkait kenaikan gaji karyawan. Jepang akan mengeluarkan biaya tambahan sekitar USD 468 miliar pada 2030.

Namun, negara lebih kecil dengan tenaga kerja yang terbatas akan merasakan dampak paling besar. Pada 2030, Singapura dan Hong Kong akan bayar gaji premium karyawan yang mana jumlah ini setara dengan lebih dari 10 persen produk domestik bruto (PDB) pada 2017.

China juga diprediksi keluarkan dana lebih dari USD 342 miliar untuk kenaikan gaji pada 2030.  Sedangkan India menjadi satu-satunya negara yang tidak akan terdampak dari kenaikan gaji karyawan. Ini karena tidak seperti negara-negara lainnya dalam penelitian ini, India berpotensi alami kelebihan tenaga kerja ahli dalam setiap periode penelitian.

Dalam penelitian disebutkan pada 2030, gaji premium rata-rata di Asia Pasifik untuk setiap karyawan adalah USD 14.710 per tahun. Namun, Hong Kong diprediksi hadapi biaya lebih tinggi terkait kenaikan gaji yang diperkirakan USD 40.359 per tahun untuk setiap tenaga ahli. Singapura akan keluarkan biaya USD 29.065 dan Australia lebih dari USD 28.625 pada 2030.

Di sektor usaha, sektor manufaktur menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di negara berkembang akan terhambat karena dampak signifikan dari kenaikan gaji itu. Kekurangan tenaga ahli di China akan capai lebih dari satu juta orang pada 2030. Ini akan sebabkan gaji premium yang akan dibayarkan hampir USD 51 miliar pada 2030, tertinggi dari negara yang diteliti.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.