Sukses

Mendag Ungkap Penyebab Lonjakan Harga Jengkol

Mahalnya harga jengkol ini pun diyakini tidak akan berpengaruh besar terhadap masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (Mendag) menyatakan, lonjakan harga jengkol hingga hampir mencapai Rp 100 ribu per kilogram (kg) murni karena pasokan yang berkurang. Mahalnya harga jengkol ini pun diyakini tidak akan berpengaruh besar terhadap masyarakat.

Enggar mengungkapkan, selain karena saat ini sedang tidak musim panen, kenaikan harga komoditas yang khas dengan baunya tersebut lantaran jumlah pohon yang semakin sedikit. Pohon jengkol banyak ditebang sebagai bahan baku produk furnitur.

"Kalau ditanya kenapa harga jengkol naik? Kembali lagi hukum ekonomi supply dan demand. Pohon-pohonnya banyak ditebang. Kayunya (pohon jengkol) dipakai untuk furnitur. Ini (sekarang) harganya luar biasa," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (5/6/2017).

Kenaikan harga jengkol ini juga tidak mendapatkan prioritas dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). Sebab, Enggar menegaskan  fokus untuk menjaga kestabilan bahan kebutuhan pokok seperti beras, terutama pada Ramadan dan Lebaran nanti.
‎
"Kemudian kami lebih memprioritaskan kepada bahan pokok. Ini (jengkol) kebutuhan marginal dan kita yang benar (fokus) kebutuhan bahan pokok," kata dia.

Menurut dia, hanya sebagian kecil saja masyarakat yang suka makan jengkol. Namun jika bicara beras, itu menjadi kebutuhan pangan utama sebagian besar masyarakat Indonesia.

"Di sini hanya beberapa orang yang (makan) jengkol. Tapi kalau bicara nasi, semua (makan) nasi, mayoritas. Tapi apa pun ini, kita prioritasnya ada di sana. Ini suplainya berkurang," tandas dia.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya menyatakan akan mencari cara agar harga jengkol tidak kembali bergejolak. Salah satunya dengan menambah luas lahan tanaman yang khas dengan baunya tersebut.

Amran mengatakan, pihaknya tengah mewacanakan penambahan luas lahan tanam jengkol 5.000 hektare (ha). Dengan penambahan ini, diharapkan lebih banyak pasokan jengkol ke pasaran.

"Sudah selesai. Tahu nggak, begitu kita tanam 5.000 hektar itu mabuk kita (jengkol melimpah)," ujar dia.

Amran menargetkan permasalahan jengkol tersebut bisa selesai pada tahun ini. Selain itu, dia juga‎ berharap harga jengkol bisa segera turun.

"Ditulis saja dulu harga stabil, biar tekanan darah saya stabil. Insya Allah selesai di tahun ini," tandas dia.‎

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.