Sukses

Menteri ESDM Kaji Ulang Permasalahan di Blok Natuna

Salah satu potensi di perairan Natuna adalah sumber gas alam.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar sedang mencari akar permasalahan guna meru‎muskan solusi pengembangan Blok Minyak dan Gas Bumi (Migas) Natuna d Alpha di Kepulauan Riau.

Candra mengaku akan menggelar pertemuan bersama jajaran instansinya pada pekan ini, untuk membedah permasalahan pengembangan Blok Migas Natuna. "Natuna juga kita sedang lakukan meeting. Karena baru tiga hari. Minggu ini akan kita review," kata Candra, seperti dikutip di Jakarta, Rabu (3/8/2016).

Menurut dia, akar permasalahan yang akan dicari terkait hambatan dan penggunaan teknologi yang cocok untuk‎ mengembangkan blok tersebut. "Teknologi seperti apa, apakah isunya itu ada di teknologi, atau ada isu lain yang menghambat sehingga belum berjalan sebagaimana mestinya," tutur dia.

Candra mengakui, ada beberapa tantangan dalam mengembangkan Blok Migas Natuna, antara lain terkait teknologi pengembangan, pasar yang akan menyerap hasil produksi migas dari Blok tersebut dan sistem kontrak untuk menarik investor dan menguntungkan negara.

"Potensinya besar. Memang ada challange dari segi teknologi memang, challange dari segi marketnya seperti apa, challange dari segi kontraknya seperti apa," tutup Candra.

Sebelumnya pada 18 Juli 2016, untuk menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Presiden Jokowi memastikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Natuna, baik di daratan atau di perairannya.

Tenaga Ahli Menko Maritim Haposan Napitupulu membeberkan salah satu potensi di perairan Natuna adalah sumber gas alam. Bahkan cadangan gas yang berada di perairan natuna timur tersebut salah satu yang terbesar di dunia.

"Di sana itu ada cadangan gas 222 TCF, namanya Blok D Alpha. Ini menjadi salah satu yang terbesar di dunia, pastinya, yang terbesar di Asia Tenggara," kata Haposan.

Sayang, menurut dia, melimpahnya cadangan gas tersebut tidak diimbangi dengan kegiatan eksplorasi. Kurang berminatnya perusahaan menggali blok migas tersebut karena kandungan CO2 yang sangat tinggi, mencapai 73 persen. (Pew/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini