Sukses

Cegah Illegal Fishing, RI Undang Investor Tiongkok

Pemerintah Indonesia gerah dengan kasus pencurian ikan (illegal fishing) yang marak dilakukan kapal-kapal ikan asing asal Tiongkok.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia gerah dengan kasus pencurian ikan (illegal fishing) yang marak dilakukan kapal-kapal ikan asing asal Tiongkok. Dalam pertemuan tingkat tinggi RI-Tiongkok, pemerintah justru mendorong investasi di sektor perikanan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Rizal Affandi Lukman, mengatakan pemerintah Indonesia dan Tiongkok membahas isu perikanan dalam Pertemuan Tingkat Tinggi The 2nd Meeting of High Level Economic Dialogue RI-Tiongkok.

Seperti diketahui, data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebut negara-negara yang sering melakukan penangkapan ikan secara ilegal di Indonesia antara lain Tiongkok, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Hal itu dilihat dari data penenggelaman kapal asing sepanjang 2015.

Ada 117 kapal asing pencuri ikan di laut Indonesia yang telah ditenggelamkan oleh pemerintah. Dengan rincian penenggelaman kapal sebanyak 107 unit hingga 30 Desember 2015. Di lain pihak, 10 kapal yang ditenggelamkan pada 31 Desember 2015.

"Memang ada masalah yang dihadapi nelayan China. Tapi tadi diusulkan Pak Menko Bidang Perekonomian ke China, kalau mau (kapal) beroperasi di Indonesia harus berbendera Indonesia," ucap Rizal di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (9/5/2016).

Rizal pun mengatakan, pemerintah Indonesia mengundang perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi di sektor perikanan, yakni membangun pabrik atau pusat pengolahan ikan di Indonesia. "Tadi sepakat untuk kerja sama investasi pengolahan hasil ikan di Indonesia. Kita undang investor China untuk masuk," ucapnya.

Di sisi lain, dijelaskan Rizal, pihak Tiongkok sudah melakukan kegiatan penanaman modal di sektor pertanian, yaitu pengolahan kelapa sawit. Salah satu tujuan utama ekspor produk kelapa sawit Indonesia dalah China dengan nilai US$ 1,2 miliar setiap tahun.

"Ekspor kelapa sawit masih bisa ditingkatkan, karena permintaan China untuk produk kelapa sawit mencapai US$ 2,7 miliar. Nah, kita sudah suplai hampir separuhnya," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.