Sukses

Dolar AS Menguat, Harga Emas Dekati Level Terendah dalam Sepekan

Harga emas diperdagangkan sedikit melemah di pasar Asia seiring investor bersiap menanti notulensi FOMC pada pekan depan.

Liputan6.com, Singapura - Harga emas diperdagangkan di level terendah lebih dari seminggu pada Kamis pekan ini. Harga emas melemah ini dipicu dari dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan ketidakpastian bank sentral AS atau The Federal Reserve akan mulai menaikkan suku bunga.

Di pasar spot, harga emas berada di kisaran US$ 1.166,10 per ounce. Harga emas jatuh ke level US$ 1.163,50 pada Rabu pekan ini, level terendah sejak 13 Oktober.

Ketidakpastian kenaikan suku bunga bank sentral AS telah mempengaruhi harga emas. Sebelumnya dalam beberapa pekan terakhir, harapan kenaikan suku bunga bergeser untuk tahun depan. Hal itu di tengah kekhawatiran tentang ekonomi global."Kalau kami tetap teguh kalau suku bunga bank sentral AS akan naik dan harga emas tetap rendah.

"Harga emas masih tetap tertekan, dan tekanan itu juga dapat berasal dari kejutan bank sentral AS dengan tetap mempertahankan suku bunga tetap rendah pada Desember," tulis Goldman Sachs, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (22/10/2015).

Goldman Sachs memperkirakan, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.100 dalam tiga bulan, lalu menyentuh level harga US$ 1.050 dalam enam bulan. Target harga emas mencapai US$ 1.000 dalam 12 bulan.

Mengutip riset www.fortisasiafutures.com, emas diperdagangkan sedikit melemah di pasar Asia pada Kamis pekan ini. Investor bersiap untuk menanti notulensi Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan depan.

"Hari ini chart harian emas terpantau bergerak data setelah semalam ditutup lemah namun harga masih bergulir di atas rata-rata pergerakan harian 20 dan 50 harian. Logam tersebut masih bergerak datar. Stochastic masih berada di area beli. Resistance dan support berada di harga US$ 1.175,90-US$ 1.152," tulis riset tersebut.

Sebelumnya pada perdagangan semalam, harga emas jatuh di tengah dolar AS bergerak sedikit menguat setelah pertumbuhan China terlihat lemah dan juga potensi waktu kenaikan tingkat suku bunga oleh bank sentral AS. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.