Sukses

Pemerintah Serahkan Hasil Temuan Beras Plastik ke Polisi

Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, bila beras plastik melanggar tindakan hukum maka perlu tindakan kepolisian.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah akan menyerahkan pengusutan temuan beras plastik di Bekasi, Jawa Barat, kepada pihak kepolisian.

"Tindakan kepolisian saja, yang harus lakukan tindakan hukum bahwa semua pelakunya harus ditindak. Beras kalau benar seperti yang digambarkan, masuk tindakan kriminal," ujar Sofyan di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Dia juga belum bisa memastikan apakah beras palsu tersebut adalah beras impor atau berasal dari dalam negeri. Jika impor, maka temuan beras ini merupakan tindak penyelundupan karena sejak awal tahun pemerintah belum mengeluarkan izin impor beras.

"Selama ini tidak ada impor sama sekali. Kalau ada itu, ini kriminalitas, diselundupkan, ya kalau ada. Kita akan ada impor, kalau butuh. Ini (opsi membuka kran impor) Juni baru kita nilai," lanjut dia.

Untuk menindaklanjuti hal ini, Sofyan mengatakan  pihaknya akan menggelar rapat pada siang ini. "Akan diambil tindakan. Siang ini kita akan rapat," tandasnya.

Sebelumnya, penemuan beras plastik di Bekasi, Jawa Barat bukan hanya menyita perhatian masyarakat. Akan tetapi juga pemerintah dan para penegak hukum. Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel pun mengatakan, pengumuman hasil uji beras plastik harus menunggu pembahasan di rapat kabinet terbatas.

Munculnya beras plastik ini pertama kali diungkap oleh Dewi Septiana, Warga Mutiara Gading, Bekasi, Jawa Barat. Dari pengakuan pedagang bubur dan nasi uduk ini, saat itu membeli beras pada 13 Mei 2015 di toko agen langganannya untuk persiapan berjualan pada Senin, 18 Mei 2015, karena beberapa hari ke depan ada libur panjang.

Kecurigaan beras sintetis ini berawal dari laporan adik Dewi Septiana yang memasak beras stok miliknya saat dia sedang berada di Sukabumi pada 17 Mei. Sang adik menceritakan melalui telepon bahwa ada kejanggalan yang saat dimasak berbeda dengan beras biasa. "Pas dimakan anak adik saya pun katanya bikin perutnya mulas dan rasanya agak getir. Akhirnya anak itu tidak mau makan," ujar Dewi.

Putus asa, Dewi memutuskan untuk memasak nasi uduk. Saat ditanak, lanjutnya, nasi menjadi lembek dengan bau agak menyengat. Saat dimakan pun, rasanya getir. Merasa peduli dengan nasib masyarakat yang juga mengonsumsi beras dari mulai anak-anak sampai orang tua, Dewi mengambil langkah untuk berbagi pengalaman ini ke media sosial meski ada imbauan waspada dari sang suami.  (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini