Sukses

Kelas Menengah Penyumbang Terbesar Defisit Transaksi Berjalan

Kenaikan suku bunga The Fed tersebut akan berdampak kembalinya dana-dana asing ke Amerika sehingga rupiah semakin tertekan.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Fuad Bawazier mengklaim kaum menengah atas sebagai penyumbang terbesar defisit transaksi berjalan.

Menurut Fuad, kemungkinan besar defisit transaksi berjalan akan semakin besar. Hal itu terkait rencana Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikan tingkat suku bunga pada tahun depan.

Kenaikan suku bunga The Fed tersebut akan berdampak kembalinya dana-dana asing ke Amerika sehingga rupiah semakin tertekan.

Di sisi lain, tingkat konsumtif kaum menengah atas juga meningkat sehingga sangat berpengaruh kepada nilai impor.

"Impor Indonesia elemennya barang konsumsi karena pertumbuhan ekonomi di drive pertumbuhan konsumsi, yang juga di drive pertumbuhan ekonomi kelas menengah atas. Yang sangat konsumtif," kata dia, Jakarta, Senin (29/9/2014).

Oleh karena itu, tugas pemerintah ke depan akan semakin berat. Menurut Fuad, jika transaksi berjalan terus mengalami defisit maka kesempatan Indonesia untuk melunasi hutang luar negeri semakin sulit. ia menyebut hutang luar negeri mencapai Rp 1.500 triliun.

Sementara, rasio kemampuan membayar hutang atau debt service ratio (DSR) sudah mencapai 50 persen, di atas angka standar 30 persen.

"Indonesia DSR di atas 50 persen, standar 30 persen. Jadi mulai berat, ekspor kita seret tapi utangnya naik terus,"tuturnya. Hal tersebut semakin menekan neraca ekspor impor.

Maka, untuk mengatasinya perlunya peningkatan ekspor. Di sisi lain juga ada lindung nilai (hedging) terhadap hutang asing. Sayangnya, kata dia, hedging yang dilakukan pemerintah baru 10 persen. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.