Sukses

Aksi Borong Bikin Harga Pangan Naik Saat Ramadan

Masyarakat sering kali melakukan pembelian besar-besaran karena kekhawatiran langkanya pasokan pada bulan puasa dan lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki bulan Ramadan1435 Hijriah, fenomena tahunan meningkatkan permintaan akan komoditas pangan yang berujung pada kenaikan harga kembali terjadi di Tanah Air.

Berdasarkan pengamatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), komoditas yang bergerak naik adalah daging ayam, telur ayam, bawang merah dan cabai rawit, yang rata-rata naik sebesar 5 persen hingga 10 persen.

Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengakui adanya kecenderungan kenaikan harga komoditas pangan saat puasa dan menjelang lebaran. Menurut dia, hal yang biasa jika pada setiap momentum puasa dan lebaran, perilaku masyarakat sering kali melakukan pembelian besar-besaran karena kekhawatiran langkanya pasokan pada bulan puasa dan lebaran.

Menurut Firmanzah, ada beberapa faktor yang memicu kenaikan harga yakni ketidakcukupan pasokan akibat kekurangan produksi atau kelangkaan akibat aksi spekulasi, adanya penimbunan bahan pangan, dan terkendalanya distribusi pasokan.

“Risiko kenaikan harga yang memicu inflasi ini hanya dapat ditekan dengan memastikan ketersediaan pasokan yang memadai dan pengendalian harga akhir di tingkat konsumen,” kata Firmanzah dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin (30/6/2014).

Namun Firmanzah mengingatkan, selain dipengaruhi oleh tingkat produksi, kepastian ketersediaan pasokan ini juga bergantung pada kelancaran distribusi pasokan.

Begitu pula halnya perilaku menimbun atau menahan sejumlah komoditas baik yang dilakukan produsen maupun konsumen, lanjut Firmanzah, akan memicu kenaikan harga lebih cepat sehingga risiko inflasi lebih besar.

Pemerintah, kata Firmanzah, memastikan ketersediaan pasokan kebutuhan masyarakat sepanjang bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri 1435H. Ia menyebut contoh, stok beras misalnya, Bulog sudah memiliki stok mencapai 2 juta ton atau cukup untuk enam bulan ke depan di samping produksi beras yang tinggi di level 41 juta ton.

Dijelaskan Firmanzah, Pemerintah telah meminta instansi-instansi terkait terus melakukan koordinasi termasuk bersama-sama dengan para pelaku usaha menjaga kelancaran pasokan agar keamanan pasokan dapat terjaga sepanjang bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri.

Tak hanya itu, Kementerian dan Lembaga terkait juga didorong untuk turut serta memonitor distribusi pasokan termasuk di dalamnya mempersiapkan alternatif jika terjadi gangguan distribusi baik akibat banjir, cuaca ekstrim, dan kendala infrastruktur.

“Sepanjang bulan puasa, pengawasan terhadap keamanan pasokan dan distribusinya akan terus dilakukan Pemerintah di sejumlah pusat-pusat distribusi,” jelas Firmanzah seraya menyebutkan, pemerintah juga akan menindak tegas bagi siapapun yang melakukan penimbunan baik perusahaan maupun perorangan sehingga menyebabkan langkanya pasokan di tingkat masyarkaat.

Selain itu operasi pasar juga akan dilakukan Pemerintah dengan bekerjasama dengan pelaku usaha dan Bulog untuk menstabilkan tingkat harga di level konsumen jika terjadi kenaikan harga yang terlalu tinggi.

Karena itu, Firmanzah meminta masyarakat untuk tidak kahawatir dengan ketersediaan pasokan sepanjang bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri sehingga tidak perlu melakukan pembelian yang berlebihan.

Ditegaskan Firmanzah, dengan keamanan stok yang dimiliki Pemerintah saat ini, pemenuhan kebutuhan masyarakat sepanjang bulan puasa dan menjelang lebaran akan terjaga dengan baik.  Dengan ketersediaan dan kelancaran distribusi pasokan ini, Firmanzah berharap, stabilitas harga di tingkat konsumen juga diharapkan dapat terjaga dengan baik.

“Saya percaya, sepanjang bulan puasa dan menjelang lebaran, risiko inflasi dapat terkendali sesuai ekspektasi,” pungkas Firmanzah. (Amd/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.