Liputan6.com, Jakarta - Produsen mobil Amerika Serikat (AS) tetap melirik pasar Rusia meski pemerintah AS tetap memberikan sanksi dan terjadi krisis Ukraina.
Â
Sejumlah ahli mengatakan, Rusia menjadi terlalu penting dan besar untuk diabaikan oleh produsen mobil.
Â
"Pasar Rusia akan menjadi lebih besar dari Jerman," ujar John Branch, Profesor University of Michigan Ross School of Business, seperti dikutip dari laman Thebull Asia, Minggu (20/4/2014).
Â
Branch menambahkan, permintaan impor untuk industri otomotif Rusia meningkat meskipun pemerintah Rusia memberlakukan hambatan. Akan tetapi produsen mobil tidak dapat mengabaikan potensi pasar di sana meski sifatnya volatile.
Â
General Motors sudah sebagian terlibat untuk investasi di Rusia. Salah satunya dengan membangun usaha patungan dengan AvtoVaz, dan membangun merek Lada, salah satu merek otomotif paling populer di Rusia.
Â
Menurut Branch, merek Lada adalah peninggalan dari era Soviet dan penjualan mereka sebagian besar terkonsentrasi di kota pinggiran dan daerah pedesaan.
Â
Sementara itu, konsumen di kota besar seperti Moskow dan St Petersburg lebih sadar merek. Konsumen itu menyukai mobil impor dan telah mengembangkan kendaraan sport kecil. GM-Avtovaz memproduksi Chevrolet Niva, salah satu mini sport utility vehicle (SUV) populer di Rusia.
Â
Ekonom General Motors, David Teolis memperingatkan, prediksi pertumbuhan pasar Rusia harus dianggap hati-hati. Ekonomi dan kelas menengah Rusia telah tumbuh melambat sejak 2008 sehingga menghambat pertumbuhan penjualan.
Â
Penjualan mobil Rusia turun 50% pada 2009 di tengah krisis global tetapi tumbuh cepat mencapai hampir 3 juta unit pada 2012.
Â
Akan tetapi tahun lalu, penjualan otomotif turun 5,5% karena ekonomi Rusia melambat, dan diperkirakan turun lagi pada 2014. Menurut Departemen Keuangan, pertumbuhan ekonomi melambat 0,5% tanpa tekanan sanksi.
Â
Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang potensi sektor otomotif untuk berkembang cepat. "Rusia harus menjadi negara normal," ujar Teolis.
Â
Sementara itu, mantan diplomat Amerika yang menjabat sebagai Presiden Dewan Bisnis AS-Rusia, Daniel Russell menuturkan, bahkan dengan krisis saat ini atas Ukraina, Rusia hanya terlalu penting bagi bisnis AS.
Â
Russell menambahkan, hubungan antara kedua belah pihak benar-benar dapat mendapatkan keuntungan dari hubungan komersial yang kuat. "Telah ada lonjakan dramatis dalam perekonomian Rusia pada 10 tahun terakhir," ujar Russell.
Â
Negara lain pun diragukan bersedia untuk melupakan bisnis dengan Rusia. Dengan bisnis dan keuangan serta hubungan dekat dengan Rusia, negara-negara Eropa barat telah lebih segan untuk meningkatkan tekanan sanksi.
Â
"Sanksi tidak bekerja," kata Russell, mengingatkan Rusia selamat dari ancaman sanksi pada 2008 setelah perang singkat dengan Georgia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.