Sukses

Asian Para Games: Profesi Atlet Jadi Jalan Evi Bantu Ekonomi Keluarga

Bonus emas Asian Para Games 2018 pun ingin didedikasikan untuk keluarga.

Liputan6.com, Jakarta - Karisma Evi Tiarani jadi salah satu atlet Indonesia yang menyumbang medali emas Asian Para Games 2018. Ia sukses meraih emas dari cabor atletik nomor 100 m T42/63 putri di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Momen Evi merebut emas Asian Para Games 2018 terjadi saat memainkan babak final di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10/2018). Ia sukses mengalahkan dua sprinter Jepang, Kaede Maekawa (16,89) dan Tomomi Tozawa (16,98) dengan catatan waktu 14,98 detik.

Sumbangan Evi pun membuat para atletik jadi salah satu cabor yang paling banyak menyumbang medali di Asian Para Games 2018. Hingga Kamis (11/10/2018) siang, sudah ada enam medali emas, 10 perak, dan tujuh perunggu dari para atletik.

Evi pun mempersembahkan kesuksesannya meraih medali emas Asian Para Games 2018 untuk keluarganya. Bahkan, ia juga siap menyisihkan sebagian bonus yang didapat untuk memenuhi nazar, yakni memberangkatkan umrah sekeluarga.

"Bonus rencananya buat umroh sekeluarga dan tabungan sekolah. (Insya Allah) tahun depan. Umrah jadi nazar sebelum Asian Para Games. Ini sesuai ekspektasi, makanya saya merasa cukup puas. Saya ingin membahagiakan orangtua saya," ujar Evi.

* Grab selaku official mobile platform partner juga mendukung Asian Para Games 2018

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cinta Pertama

Dedikasi Evi untuk keluarganya memang sangat besar. Meski masih berusia 17 tahun, faktanya wanita kelahiran 19 Januari 2001 itu telah jadi tulang punggung keluarganya. Itu karena ayahnya, Riyanto sudah tak mampu mencari nafkah karena faktor usia.

"Sebelum saya jadi atlet, bapak kerja di tambang pasir. Tapi karena faktor usia, ia pun berhenti. Ada saya dan kakak yang tetap berusaha bantu keluarga. Kakak saya kerja di pabrik tekstil," keluh Evi.

Ternyata, atletik juga bukan olahraga yang diinginkan wanita asal Boyolali tersebut. Awalnya, ia justru ingin menjajal bulu tangkis. Momen yang pertama kali membuatnya bersentuhan dengan atletik adalah ajang Pepaperda 2014.

"Dari situ mulai tertarik, mau pindah pun jadi gak bisa karena terlalu cinta. Atletik itu cinta pertama saya. Dan saya ingin jadi yang terakhir juga," tutur Evi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.