Sampit Mencekam, TNI-Polri Baku Tembak

Situasi di Sampit dan Palangkaraya, Kalteng, masih memprihatinkan. Wapres Megawati Soekarnoputri berencana akan mengunjungi daerah tersebut. TNI AL tak akan menambah kapal bantuan.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Feb 2001, 08:41 WIB
Liputan6.com, Sampit: Situasi di Sampit dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, masih mencekam. Bahkan, pasukan keamanan yang bertugas di kedua daerah tersebut sempat baku tembak, Selasa (27/2) malam. Peristiwa itu terjadi di Pelabuhan Sampit, Jalan A. Yani. Akibatnya, tiga anggota Polri, tiga anggota TNI Angkatan Darat, dan dua orang warga sipil menjadi korban.

Sementara itu, Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri berencana mengunjungi daerah konflik di Sampit dan Palangkaraya dalam pekan ini. Kunjungan itu dimaksudkan untuk berdialog dengan para pemuka agama dan pemuka suku setempat. Demikian keputusan Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Pramono Anung, Selasa kemarin.

Menurut Pramono, Megawati juga telah memerintahkan Menteri Koordinator Politik Sosial dan Keamanan menyelesaikan Kasus Sampit sesegera mungkin. Dia menambahkan, konflik yang terjadi saat ini mengakar pada perbedaan budaya kedua etnis tersebut.

Rencana kunjungan Wapres itu mendapat dukungan dari cendikiawan muslim Nurcholish Madjid. Bahkan, Nurcholish menyarankan Megawati agar segera mengambil tindakan tegas untuk menuntaskan kerusuhan yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan itu. "Keberangkatan Mbak Mega tak perlu menunggu kedatangan Presiden Wahid", kata Nurcholish, menjelaskan.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Indroko mengatakan, TNI Angkatan Laut hanya sanggup menyediakan tiga kapal untuk membantu proses evakuasi korban akibat kerusuhan antaretnis di Kalteng. Hal itu disebabkan karena keterbatasan kapal dan usia kapal yang rata-rata sudah tua.

Hal itu diutarakan Indroko dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR yang berlangsung sekitar empat jam, Salasa kemarin. Dalam rapat itu, seorang anggota Dewan dari daerah Kalteng Chairun Nisa mempertanyakan kemungkinan adanya penambahan bantuan kapal bagi pengungsi yang ingin keluar dari Kalimantan.

Menanggapi hal itu, ia menjelaskan, TNI AL telah memberi bantuan kapal sebanyak tiga kapal. Ketiga kapal yang telah diperbantukan itu adalah Kapal RI Teluk Sampit, KRI Teluk Ende dan KRI Banten.

Sebelumnya, KSAL telah menjelaskan kepada anggota Komisi I DPR bahwa TNI AL hanya memiliki 115 kapal yang rata-rata usiannya di atas 20 tahun. Hal itu mengakibatkan seluruh kapal tak dapat dioperasionalkan secara maksimal. Menurut dia, jumlah yang ideal untuk wilayah sebesar Indonesia adalah sekitar 600 kapal. Ia menambahkan, dampak embargo juga telah menyulitkan TNI AL dalam melakukan pemeliharaan sejumlah alat, termasuk kapal yang dimiliki.

Sementara itu, Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi S. Bimantoro berencana bertolak ke Sampit dan Palangkaraya pada hari Rabu ini. Kunjungan itu dimaksudkan untuk melihat perkembangan terakhir di kawasan tersebut dan membahas kemungkinan pemberlakuan darurat sipil. Selain itu, Bimantoro juga akan melakukan evaluasi terhadap kinerja Kepolisian Daerah Kalteng. Sebab, merujuk laporan Solidaritas Masyarakat Madura se-Indonesia, polisi ikut terlibat dalam aksi penjarahan harta warga pendatang.

Sedangkan menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, pemberlakuan darurat sipil belum perlu dilakukan di Sampit dan Palangkaraya. Yudhoyono menegaskan, saat ini yang dibutuhkan untuk warga di kedua daerah itu adalah bantuan bahan makanan dan kemanusiaan.

Berdasarkan pemantauan SCTV, evakuasi pengungsi yang ditampung di Kantor Bupati dan Gedung DPRD Kotawaringin Timur terus dilanjutkan. Sekitar 5.000 pengungsi telah diberangkatkan pada Rabu ini dengan menggunakan Kapal Binayah, milik PT Pelayaran Nasional. Namun, sempat terjadi insiden antaraparat keamanan saat dilakukan proses evakuasi pengungsi ke Kapal Binayah. Akibatnya, proses evakuasi itu menjadi terhambat. Hingga saat ini, jumlah keseluruhan pengungsi yang telah diberangkatkan menuju Jawa Timur mencapai 17 ribu orang lebih.

Namun demikian, kondisi pengungsi masih tetap memprihatinkan, meski jumlah pengungsi yang ditampung telah berkurang. Pasalnya, bahan makanan yang tersedia belum dapat di distribusikan secara merata. Kini tenda-tenda pengungsi sudah dipenuhi sampah dan air bekas mandi. Akibatnya, para pengungsi lebih memilih bergerombol di jalanan ketimbang berada di dalam tenda. Sedangkan aktivitas pemerintahan di Kantor Bupati dan DPRD Kotawaringin Timur masih lumpuh. Pasalnya, seluruh ruangan kantor digunakan untuk menampung para pengungsi. Sementara itu, Palang Merah Indonesia yang tiba di Sampit langsung membuka tenda-tenda penampungan bagi pengungsi dan memberikan bantuan bahan makanan serta obat-obatan.(ICH/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya