Dr. Irina Amongpradja Dirikan Sekolah untuk Anak Pemulung

Dr. Irina Amongpradja menganggap pendidikan lebih penting daripada profesinya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Jul 2013, 14:00 WIB
.

Banyaknya transmigran yang ditampung karena konflik di desa, membuat beberapa orang ini terpaksa berada di Penampungan Jakarta Timur. Hal ini menjadi perhatian bagi salah seorang dokter yang merasa harus membantu anak-anak tersebut. Karena banyak anak-anak terlantar dan tidak bisa melanjutkan sekolahnya.Hingga akhirnya konflik ini selesai dan para transmigran pulang ke desanya, mereka yang tersisa akhirnya menetap di Jakarta karena berbagai alasan. Ada yang menjadi pemulung dan pedagang kaki lima. Sulitnya biaya juga membuat anak-anak kekurangan gizi dan tidak sekolah.Saat itu Dr. Irina Amongpradja (55) terketuk hatinya untuk terus membuat anak-anak tetap belajar. Yang ada di pikirannya hanyalah pendidikan anak-anak lebih penting. Demi mewujudkan keinginannya untuk mengajari anak-anak, ia pun rela meninggalkan profesinya. "Awalnya dulu hanya main-main dengan anak-anak yang tidak bisa pulang ke daerahnya karena konflik. Saat itu, banyak sekali anak-anak yang tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya. Akhirnya saya dan teman-teman membuat kegiatan seperti membacakan cerita, membuat kreasi daur ulang, dan sebagainya," kata Irina di Jakarta, seperti ditulis Senin (22/7/2013).Saking banyaknya anak yang mau belajar, Irina pun akhirnya berkeinginan untuk memiliki sekolah untuk anak-anak tersebut. "Tapi sekolah ini bukan seperti sekolah formal lainnya. Walaupun mereka belajar seperti anak lainnya, ini hanyalah wadah yang saya peruntukkan agar anak-anak memiliki kegiatan. Jadi tidak ada sertifikat atau ijasah yang mereka terima nantinya".Sayangnya, mendirikan sekolah tidaklah mudah. Sempat berpindah-pindah, dan akhirnya ada yang mau menyewakan tempatnya dengan murah."Ketika itu ada banyak pertimbangan untuk tempat sekolahnya. Kami sempat mendapatkan di ruko tapi kasihan anak-anak harus naik turun dan saya rasa tempatnya kurang cocok untuk anak-anak. Akhirnya ada orang yang mau menyewakan murah tanahnya pada saya. Tanah itu digunakan oleh kami hingga saat ini di kawasan Bintara, Bekasi," jelasnya.Menurut Irina, sekolah tersebut diberi nama 'Sekolah Kami'. Nama ini diberikan agar memiliki efek psikologis bahwa ini merupakan tempat mereka.Adanya sekolah ini juga hingga sekarang masih tidak disangka oleh Irina. Karena menurutnya, dirinya tidak memiliki cita-cita atau ambisi besar. "Semuanya mengalir saja. Dan saya rasa memperjuangkan pendidikan anak lebih baik".Dari pelajaran umum hingga bahasa PrancisIrina menyampaikan bahwa di sekolah tersebut ada banyak pelajaran yang diajarkan. Selain pelajaran umum yang diberikan guru, ada juga pelajaran yang diajarkan oleh teman-teman dari dokter ataupun orang asing."Anak-anak diajarkan membaca, menulis, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan pelajaran umum lainnya. Bukan hanya itu, anak-anak juga diajarkan bahasa asing seperti bahasa Prancis. Selain itu juga anak-anak dibekali keterampilan membuat kerajinan tangan. Irina menilai, hasil karya yang bagus, akan dijual. Tapi uangnya tidak diberikan melainkan diberikan dalam bentuk tabungan. "Hasil karya mereka akan balik lagi ke mereka, konsepnya daripada cari uang di jalan atau mengais sampah, dengan menjual barang, mereka bisa mendapakan uang. Tapi saya tidak memberi hasil penjualannya dengan uang tapi buku tabungan, supaya mereka bisa menyimpannya," ujar wanita kelahiran Bandung, 12 Juli 1958.

Untuk membuat anak senang belajar, Irina punya trik khusus. Ia mengajarkan anak satu persatu dengan sabar. Hal ini dilakukan karena menurutnya tidak semua anak memiliki daya tangkap yang baik."Di kelas kita mengajari anak satu persatu, karena daya tangkap mereka juga berbeda. Walaupun ada yang berusia 10 tahun tapi belum bisa membaca dan menulis akan kita ajari," ungkapnya.Selain pelajaran, anak-anak juga diajarkan memelihara kambing, menanam pupuk organik dan memelihara ikan.Memberikan kesadaran tentang pentingnya kebersihan dan kesehatanWalaupun hidup di lingkungan yang jauh dari bersih, Irina menganggap mengajari anak tentang kebersihan bukan hal yang sulit. Dirinya dapat dengan mudah memberikan pemahaman tentang enaknya jika seseorang bersih karena bisa terhindar dari penyakit."Anak-anak ini ketika masuk sekolah pertama kali biasanya sibuk mencari kutu. bahkan tidak sedikit dari mereka yang memiliki penyakit kulit dan telinga.  Sampai akhirnya mereka sendiri yang sadar bahwa bersih itu enak. Saya bilang kalau sekolah tidak boleh punya kutu karena nanti ketika belajar garu-garuk terus. Jadi saya membelikan mereka obat kutu," ungkapnya.Untuk mengatasi penyakit lainnya, irina menjelaskan bahwa dirinya bekerjasama dengan puskesmas terdekat. BiodataNama lengkap: Dr. Irina AmongpradjaTempat, tanggal lahir: Bandung, 12 Juli 1958Alamat: Jl. Cipinang Indah Raya E/3 A Jkt 13420 Pendidikan: - Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran - PTT timor timur 1984-1989Alamat Sekolah Kami: Jl. Bintara Jaya IV Dalam Rt 9/3 Bekasi Barat(Fit/Abd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya