Jokowi Sebut Indonesia Butuh Pemimpin yang Kuat dan Mau Merangkul

Jokowi mengatakan tantangan yang dihadapi ke depan tidak mudah salah satunya, ketidakpastiaan ekonomi global yang sulit diprediksi dan dikalkulasi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 07 Nov 2023, 11:43 WIB
Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato di acara Peresmian Pembukaan Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin Jakarta Timur, Selasa (7/11/2023). (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut Indonesia saat ini membutuhkan sosok pemimpin yang kuat agar dapat menghadapi tantangan global yang semakin sulit. Dia juga mengatakan Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki karakter mau merangkul, kompak, dan solid untuk mencapai Indonesia Emas 2045. 

"Sekali lagi, dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat. Kepemimpinan nasional yang mempersatukan, kepemimpinan nasional yang mau merangkul semuanya untuk kekompakkan, kesolidan, untuk persatuan negara ini dalam mencapai sebuauh cita-cita besar. Indonesia Emas 2045," jelas Jokowi saat menyampaikan sambutan di acara Peresmian Pembukaan Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin Jakarta Timur, Selasa (7/11/2023).

Jokowi  mengatakan tantangan yang dihadapi ke depan tidak mudah salah satunya, ketidakpastiaan ekonomi global yang sulit diprediksi dan dikalkulasi. Kedua, tantangan perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan di hampir semua negara.

"Dulu kita kalau ada perubahan iklim, ya hanya dalam kata-kata sekarang sudah nyata. Kekeringan hampir di semua negara sekarang terjadi. Panas bumi yang naik, gelombang panas kita ada 7 provinsi kemarin kekeringan sehingga produksi beras kita menurun," jelas dia.

Selain itu, Jokowi menyampaikan perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia dan Gaza membuat tantangan global semakin sulit. Dia menuturkan perang-perang tersebut berdampak terhadap Indonesia.

"Itulah tantangan yang ke depan semakin tidak mudah. Tapi sekali lagi, dengan karakter yang kita bangun, sektor SDM yang kita bangun kita yakini Insya Allah kita bisa mencapainya," tutur Jokowi.

2 dari 3 halaman

Pilpres Terlalu Banyak Drama

Presiden Joko Widodo memberi sambutan dalam peringatan HUT ke-55 Partai Golkar di Jakarta, Rabu (6/11/2019). HUT ke-55 Partai Golkar mengangkat tema '55 Tahun Partai Golkar Bersatu untuk Negeri Berkarya untuk Bangsa'. (Liputan6.com/JohanTallo)

Presiden Jokowi menyebut banyak drama dan sinetron yang terjadi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Padahal, kata Jokowi, seharusnya Pemilu 2024 harus diisi dengan pertarugan gagasan dan ide, bukan perasaan.

Hal ini disampaikan Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam HUT ke-59 Partai Golkar di DPP Partai Golkar Jakarta Barat, Senin (6/11/2023). Dalam acara ini, turut hadir Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Calon Presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto.

"Karena saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya. sinetron yang kita lihat," kata Jokowi dalam sambutannya.

"Mestinya kan pertarungan gagasan, mestinya kan pertarungan pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan," sambungnya.

Menurut dia, pertarungan perasaan di Pemilu 2024 justru akan menyulitkan masyarakat. Jokowi sendiri tak menyebutkan sindiran tersebut ditujukan kepada siapa.

"Kalau yang terjadi pertarungan perasaan repot semua kita. Tidak usah saya teruskan karena nanti kemana-mana," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Tunjukkan Demokrasi yang Berkualitas

Menurut dia, kompetisi politik dan keinginan untuk menang dalam Pemilu adalah hal yang wajar. Namun, Jokowi menegaskan semua pihak harus menunjukkan demokrasi yang berkualitas, tak saling memecah, dan memfitnah dalam berkompetisi.

"Keinginan untuk menang itu juga boleh-boleh saja itu juga wajar. Bertanding untuk menang itu juga hal yang sangat wajar. Tetapi hal yang harus tetap kita tunjukkan adalah demokrasi yang berkualitas, dmeokrasi yang tidak memecah belah," jelas Jokowi.

"Demokrasi yang tidak saling menjelekkan dan saling memfitnah. Demokrasi yang ingin kita bangun adalah demokrasi yang membangun. Yang menghasilkan solusi terhadap masalah masalah bangsa. Yang menghasilkan strategi, strategi untuk kemajuan bangsa," imbuh dia.

Infografis Banteng Enggak Cengeng Ditinggal Jokowi dan Keluarga (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya