Teknologi Baru Mampu Ubah Sampah Plastik dan CO2 jadi Energi Terbarukan

Penemuan oleh tim peneliti di Univeristy of Cambridge ini menunjukkan bagaimana karbon dioksida, baik yang diambil dari knalpot industri atau dari udara, dapat diubah menjadi bahan bakar terbarukan yang bersih dengan hanya memanfaatkan energi matahari.

oleh Dinda Charmelita Trias Maharani diperbarui 10 Jul 2023, 18:57 WIB
Karbon dioksida (CO2) (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah tim peneliti dari University of Cambridge telah membuat terobosan signifikan dalam hal energi terbarukan dan produksi bahan bakar berkelanjutan. Inovasi ini dinilai dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi kebutuhan bahan bakar fosil.

Dilansir Earth.com, Sabtu (24/6/2023), penemuan tersebut menunjukkan bagaimana karbon dioksida atau CO2, baik dari knalpot industri atau udara, dapat diubah menjadi energi terbarukan yang bersih hanya dengan memanfaatkan energi Matahari.

Pendekatan ini berkaitan dengan reaktor bertenaga surya. Reaktor ini tidak hanya mengubah CO2 yang ditangkap, tetapi juga sampah plastik menjadi bahan bakar berkelanjutan dan bahan kimia lainnya. 

Melalui metode tersebut, para peneliti berhasil mengubah CO2 menjadi syngas atau gas sintetis. Untuk diketahui, syngas adalah prekursor penting untuk bahan bakar cair yang berkelanjutan.

Mereka juga berhasil mengubah botol plastik menjadi asam glikolat, yakni bahan kimia yang biasa ditemukan dalam produk kosmetik. 

Tidak seperti eksperimen sebelumnya yang memanfaatkan sumber CO2, kali ini para peneliti mengekstraksi CO2 dari limbah industri dan udara sekitar. Teknologi ini dapat menangkap, memusatkan, dan mengubah CO2 menjadi bahan bakar terbarukan

Meski teknologinya masih perlu ditingkatkan, temuan yang dipublikasikan di jurnal Joule ini menandakan langkah penting untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Kedepannya, terobosan ini berpotensi menghilangkan kebutuhan akan ekstraksi minyak dan gas yang berbahaya.

Sebagai informasi, tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Erwin Reisner di Departemen Kimia Yusuf Hamied telah berdedikasi untuk mengembangkan bahan bakar nol karbon yang berkelanjutan.

2 dari 4 halaman

Terinspirasi dari Proses Fotosintesis

Karbon dioksida (CO2) (Sumber: Pixabay)

Mereka terinspirasi dari fotosintesis, di mana tanaman mengubah sinar matahari menjadi makanan. Dengan konsep serupa, mereka mengembangkan “daun buatan“ yang mengubah CO2 dan air menjadi bahan bakar dan didukung sepenuhnya oleh matahari.

Sayangnya, kegunaan praktis teknologi ini bergantung pada kemampuannya untuk secara aktif menangkap CO2 dari proses industri atau udara.

Hambatan teknis ini merupakan tantangan yang cukup besar karena udara yang kita hirup mengandung banyak jenis molekul berbeda. Maka, teknologi tersebut perlu secara selektif mengubah CO2 yang tipis. 

3 dari 4 halaman

Bertujuan Memusnahkan Penggunaan Bahan Bakar Fosil

credit: Kemendikbud

Menurut Reisner, tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghilangkan bahan bakar fosil untuk menciptakan ekonomi sirkular yang sesungguhnya.

Karena itu, teknologinya dirancang untuk membantu mengurangi emisi karbon dalam jangka menengah dengan menangkap karbon dari industri dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Di samping itu, konsep ini juga mengambil ide dari penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di bawah tanah. Namun, para peneliti mengubah sistem teknologi dengan tenaga surya untuk bekerja dengan gas buang atau langsung dari udara.

4 dari 4 halaman

Kurangi Emisi Gas Karbon, Ini yang Dilakukan Perusahaan Ekspedisi Internasional di Indonesia

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Berbicara tentang emisi gas karbon, DHL Express sebagai perusahaan ekspedisi internasional juga telah berupaya untuk menguranginya di Indonesia. Mereka bersiap untuk meremajakan armada pengiriman jarak jauh menjadi lebih ramah lingkungan dengan penyebaran 24 van listrik di Jakarta dan Bandung.

Van listrik ini akan mengurangi 177 ton emisi karbon setiap tahunnya. Saat ini ada empat mobil van listrik dan enam sepeda motor listrik yang melayani Jakarta dan Surabaya

Pengenalan e-van (electric van) baru menggarisbawahi komitmen perusahaan untuk membuka jalan bagi operasi yang lebih berkelanjutan, dan berkontribusi pada perlindungan iklim. Saat ini, terdapat empat mobil van listrik dan enam sepeda motor listrik yang melayani wilayah Jakarta dan Surabaya.

Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya