Misinformasi bak Virus yang Menyebar di Masyarakat

Artinya, misinformasi dapat menyebar dari seseorang ke orang lain seperti sebuah virus.

oleh Anasthasia Yuliana Winata diperbarui 18 Apr 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi hoaks

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah padatnya gempuran informasi di internet dan media sosial, selalu ditemukan hoaks di dalamnya. Tidak sedikit masyarakat yang termakan hoaks dan misinformasi, bahkan menyebarluaskan di media sosial karena ketidaktahuannya. Hal ini menyebabkan hoaks dan misinformasi semakin merajalela di masyarakat.

Seperti yang terlansir dalam scientificamerican.com misinformasi dapat dianalogikan sebagai sebuah virus di bidang kesehatan. Dalam artian, misinformasi dapat menyebar dari seseorang ke orang lain seperti sebuah virus.

Seperti virus, misinformasi dapat menginfeksi atau menyerang titik lemah seseorang, lebih tepatnya yaitu pikiran. Tidak hanya itu, misinformasi juga dapat mengeksploitasi bias kognitif. Hal ini karena misinformasi menginfeksi memori dan mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih.

Salah satu contohnya adalah bias kebenaran ilusi. Ketika mendengar sesuatu berulang kali (meski itu hoaks atau misinformasi), akan membuatnya tampak benar. Hal ini terjadi otomatis dan bagian dari cara kerja otak manusia.

Melansir dari scientificamerican.com, Psikolog sosial dari University of Cambridge Sander Van Der Linden mempelajari bagaimana orang membagikan informasi (misinformasi) dan bagaimana menghentikannya. 

2 dari 3 halaman

Teknik Prebunking Diri Sendiri

Ilustrasi hoaks

Mengatasi misinformasi dapat dilakukan secara psikologis dengan prebunking. Terdapat dua bagian yaitu peringatan dan penangkalan. Pertama dengan peringatan untuk memicu kekebalan psikologis, sikap skeptisisme, serta kesadaran diri. Peringatan ini biasa berupa pelatihan atau sosialisasi rawannya misinformasi, hoaks, penipuan.

Selanjutnya, ibarat memberi vaksin atau booster untuk menangkal virus. Misalnya, ketika mendapat informasi hoaks atau misinformasi, anda membaca artikel pengecekan fakta, melakukan penelusuran sendiri, atau mempelajari ciri-ciri artikel tersebut. Hal ini dapat membuat anda lebih tangguh dan tahan banting ketika mendapat misinformasi. Lebih lanjut anda juga dapat membantu orang lain mengenali dan mengidentifikasi misinformasi.

 

 

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya