Ramai Subsidi Kendaraan Listrik, Pakar Teknik Mesin Ubaya Ingatkan Kapasitas Baterai

Dosen Program Studi Teknik Mesin dan Manufaktur (TMM) Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) Jaya Suteja mengingatkan pemerintah soal kapasitas baterai kendaraan listrik, d itengah ramainya pemberitaan subsidi pembelian kendaraa

oleh Yusron Fahmi diperbarui 22 Mar 2023, 22:03 WIB
Ilustrasi kendaraan listrik. (Shutterstock/buffaloboy)

Liputan6.com, Surabaya - Dosen Program Studi Teknik Mesin dan Manufaktur (TMM) Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) Jaya Suteja mengingatkan pemerintah soal kapasitas baterai kendaraan listrik, d itengah ramainya pemberitaan subsidi pembelian kendaraan listrik.

Jaya mengatakan hal pertama yang paling penting untuk diketahui adalah kapasitas baterai. Kapasitas baterai adalah total energi listrik yang dapat disimpan di dalam baterai.

“Pada kendaraan konvensional, kapasitas baterai ini mirip seperti kapasitas tangki bahan bakar. Semakin besar kapasitas baterai, maka tidak perlu sering melakukan pengisian baterai,” ujarnya, Selasa (21/3/2023).

Jaya menambahkan, penting juga untuk mengetahui apakah kendaraan tersebut sudah fast charging. Sehingga, pengguna tidak perlu menunggu lama untuk mengisi daya kendaraan.

Kapasitas baterai ini juga menentukan jarak tempuh maksimal kendaraan listrik. Jarak tempuh maksimal adalah jarak yang dapat ditempuh kendaraan listrik mulai dari kapasitas baterai penuh sampai habis.

Hal ini, menurut Jaya, perlu diperhatikan mengingat belum banyak tempat pengisian baterai, khususnya di luar kota besar. Garansi dari baterai juga perlu diperhatikan mengingat harga baterai yang cukup mahal.

“Jika baterai rusak, biaya pembelian seluruh baterai sekitar separuh harga kendaraan listrik baru. Jadi, akan lebih baik jika baterai bisa dibeli per bagian-bagian kecil. Agar bila ada kerusakan, hanya sebagian baterai yang rusak saja yang perlu diganti,” ujar pakar Teknik Mesin itu.

Selain itu, lanjut Jaya, pembeli harus mempertimbangkan konsumsi energi tiap kilometer. Hal ini diukur dengan equivalent miles per gallon.

"Semakin tinggi nilai ekuivalennya, artinya kendaraan listrik semakin irit dan dapat memperbesar jarak tempuh," ucapnya.

Selain itu, Jaya mengatakan, kendaraan listrik memiliki banyak keuntungan dibanding kendaraan konvensional berbahan bakar minyak. Alasan utamanya adalah lebih ramah lingkungan.

“Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi dan suara saat digunakan. Polusi akibat pembangkit listrik terpusat di tempat pembangkitan saja, sehingga lebih mudah ditangani,” jelasnya.

2 dari 2 halaman

Lebih Efisien

Perusahaan merek charging station kendaraan listrik Casion ambil bagian dalam pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Casion menargetkan untuk dapat memasang sekitar 10.000 charging station pada 2025.

Keuntungan berikutnya adalah dari segi efisiensi. Proses pembangkitan listrik lebih efisien daripada pembuatan bahan bakar minyak. Akibatnya, energi yang sama dari bahan bakar awal dapat menggerakan lebih banyak kendaraan listrik dibanding kendaraan konvensional.

"Selain itu, komponen kendaraan listrik lebih sedikit dan sederhana. Harga jual energi listrik juga akan semakin murah. Hal ini menyebabkan biaya kepemilikan dan perawatan jadi jauh lebih murah," ujarnya.

Ke depannya, Jaya menyebut prospek kendaraan listrik masih sangat cerah. “Pemerintah menjadi pemicu percepatan kendaraan listrik. Aturan terkait lingkungan akan mendorong banyaknya penggunaan kendaraan listrik di Indonesia,” terangnya.

Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya