Menkes Sebut Ada 178 Anak Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan perkembangan jumlah kasus gagal ginjal akut yang menimpa anak Indonesia saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (2/11/2022).

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 02 Nov 2022, 12:58 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersiap menggelar konferensi pers “Perkembangan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia”, di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Dari 241 kasus, penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal ini paling banyak menyerang anak usia 1-5 tahun yakni 153 kasus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan perkembangan jumlah kasus gagal ginjal akut yang menimpa anak Indonesia saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (2/11/2022).

Dia menyampaikan, sampai hari ini tercatat sebanyak 178 pasien anak gagal ginjal yang meninggal dunia, sementara jumlah kasus sebanyak 325 kasus.

"Per kemarin yang kita bisa monitor ada 325 kasus ginjal akut di seluruh Indonesia dan memang ada konsentrasi di beberapa provinsi tertentu, terutama di daerah Sumatera Utara, daerah Jawa bagian barat, bagian timur, dan juga daerah Sulawesi Selatan," kata Budi di Jakarta, Rabu (2/11/2022).

Dia menyebut provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta disusul Jawa Barat dan Jawa Timur.

"DKI Jakarta yang paling tinggi, kemudian ada Jawa Barat, Jawa Timur, Banten. Yang agak unik adalah Aceh, Sumatera Barat, Bali," ungkap Budi.

Meski demikian, dia mengklaim jumlah pasien gagal ginjal akut yang meninggal dunia telah mengalami penurunan menjadi 54% dari total kasus, sementara sebelumnya 60% kasus meninggal dunia.

"Kita juga melihat meninggalnya sekarang 178 dari 325, sekitar 54 persen. Ini sudah menurun dari kondisi sebelumnya yang sempet mencapai 60 persen," ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Sudah Serahkan Ratusan Obat untuk Diuji

Selain itu, Budi menyebut pihaknya sudah menyerahkan ratusan 232 jenis obat ke Labkesda DKI dan Labfor Polri.

"Hasilnya memang sebagian besar ada kimia etilen glikol yang merupakan cemaran atau bahan pelarut yang biasa digunakan untuk obat-obatan," kata dia.

Terkait obat penawar Budi menyebutkan obat bernama Fomepizole, penawar itu menurutnya bisa berperan sebagai inhibitor kompetitif dari etilen glikol.

"Fomepizole dan etanol memiliki kemampuan berikatan dengan enzim Alcohol Dehydrogenase 8,000 kali lebih besar dibanding etilen glikol. Dengan demikian, intervensi Fomepizole dan etanol mampu mencegah metabolisme etilen glikol menjadi metabolit asam toksik yang dapat merusak ginjal," jelas Budi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya