Waspada, 4 Tantangan Ekonomi Ini Bakal Jadi Momok Indonesia ke Depan

LPS membeberkan adanya 4 tantangan ekonomi yang patut diwaspadai oleh Indonesia ke depannya

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Okt 2022, 14:00 WIB
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, membeberkan adanya 4 tantangan ekonomi yang patut diwaspadai oleh Indonesia ke depannya.

Tantangan pertama, ia menyebut sejumlah situasi ekonomi terkini yang masih jadi penyebab tingginya ketidakpastian secara global.

Antara lain, kenaikan inflasi, harga energi, perlambatan negara ekonomi utama dunia seperti Amerika Serikat dan China, serta kenaikan suku bunga acuan secara global.

"Berbagai lembaga internasional sudah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022. Ekonomi global diperkirakan tumbuh dalam kisaran 2,9-3,2 persen pada 2022. Tahun 2023 juga ekonomi global akan tumbuh tidak jauh beda dengan sekarang, di kisaran 2,8-3 persen," urainya dalam sesi webinar, Kamis (6/10/2022).

Kedua, Purbaya juga menyinggung soal literasi keuangan yang masih rendah. Mengacu hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 2019, indeks inklusi keuangan nasional berada pada level 76,19 persen, sementara indeks literasi keuangan berada pada level 38,03 persen.

Artinya, ia menambahkan, sekitar 7 dari 10 masyarakat Indonesia telah memiliki akses produk dan jasa keuangan. Namun, hanya 4 dari 10 orang yang memahami apa itu produk dan jasa keuangan.

"Terdapat gap yang signifikan antara inklusi dengan literasi keuangan nasional. Pemahaman masyarakat yang terbatas atas produk keuangan menyebabkan timbulnya berbagai risiko seperti penipuan yang berdampak buruk kepada masyarakat," ujarnya.

 

2 dari 3 halaman

Digitalisasi

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, dalam Konferensi Pers Virtual Penetapan Tingkat Bunga Penjaminan LPS, Rabu (29/9/2021).

Berikutnya, Purbaya menyoroti proses digitalisasi yang luar biasa cepat memunculkan risiko sendiri berupa adanya kejahatan siber.

Ia lantas meminta perbankan untuk terus memperkuat sistem informasi guna mencegah potensi terjadinya kejahatan siber.

"Kita ketahui bahwa kian hari risiko cyber security akan meningkat. Apalagi masyarakat tidak memiliki literasi tinggi secara digital kasus-kasus seperti scamming, phishing, ransomware, dan kejahatan-kejahatan keuangan lain melalui cyber," tegas Purbaya.

 

3 dari 3 halaman

Dibanding Negara Tetangga

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam Konferensi Pers Suku Bunga Penjaminan, Selasa (27/9/2022).

Catatan terakhir, ia menyatakan pendalaman pasar keuangan di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Purbaya menyebut, kapitalisasi pasar modal Indonesia pada 2020 masih berada di angka 46,9 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Di sisi lain, Filipina sudah berada di level 75,4 persen, Thailand 108,7 persen, dan Malaysia 129,5 persen.

"Pendalaman pasar keuangan ini perlu terus ditingkatkan supaya peran pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan semakin tinggi, dan tidak tergantung terhadap dana asing dalam pembangunan nasional," pungkas Purbaya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya