Wall Street Tersungkur, Indeks Acuan Tertekan Sepanjang September 2022

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones ditutup turun di bawah 29.000 untuk pertama kalinya sejak November 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Okt 2022, 07:17 WIB
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan yang bergejolak pada Jumat, 30 September 2022. Wall street pun ditutup dengan kinerja yang buruk secara mingguan, bulanan dan kuartal. Bahkan koreksi yang terjadi membawa indeks S&P 500 ke level terendah baru pada 2022.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones ditutup turun di bawah 29.000 untuk pertama kalinya sejak November 2020. Indeks Dow Jones melemah 500,10 poin atau 1,71 persen ke posisi 28.725,51. Indeks Nasdaq melemah 1,51 persen ke posisi 10.575,62.

Sementara itu, indeks S&P 500 turun 1,51 persen pada Jumat pekan ini ke posisi 3.585,62. Indeks acuan tersebut menutup bulan terburuk sejak Maret 2020.

Pada perdagangan Jumat menandai hari terakhir September 2022 dan kuartal III 2022. Pada September 2022, indeks Dow Jones melemah 8,8 persen. Indeks S&P 500 turun 9,3 persen dan indeks Nasdaq tergelincir 10,5 persen.

“Ini adalah lingkungan yang sulit dan sulit untuk saham dan pendapatan tetap, sesuatu yang kami harapkan mengingat pandangan kami tentang the Fed mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi lebih lama dan pasar mulai melihat pandangan itu,” ujar Head of Portfolio Managamenet Horizon Investments, Zachary Hill, dikutip dari CNBC, Sabtu (1/10/2022).

Hill menuturkan, volatilitas pasar akan berlanjut dengan kecenderungan melemah di tengah menuju musim laporan keuangan.

 

2 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, laporan inflasi yang diawasi ketat oleh Federal Reserve Jumat pekan ini menunjukkan inflasi terus meningkat dengan cepat. Vice Chair the Fed Lael Brainard menilai perlu menurunkan inflasi. Ia menuturkan, bank sentral berkomitmen menghindari kembali penarikan sebelum waktunya pada kebijakan moneter yang ketat.

Di sisi lain, saham Nike turun tajam setelah melaporkan penjualan meningkat tetap rantai pasokan dan masalah persediaan menghambat laba pada kuartal I tahun fiskal.

Saham Nike ditutup turun 12,8 peren. Saham Carnival turun sekitar 20 persen setelah perseroan melaporkan laba kuartal III yang mengecewakan dan prospek kuartal IV yang lemah. Saham pelayaran Royal Caribbean dan Norwegia masing-masing turun 11 persen dan 15 persen.

Saham Netflix naik 37,4 persen pada kuartal III 2022. Penguatan tersebut menghentikan penurunan beruntun tiga kuartal untuk perusahaan streaming tersebut. Ini adalah periode tiga bulan terbaik untuk Netflix sejak kuartal I 2018 ketika naik 53,86 persen.

3 dari 4 halaman

Indeks Acuan di Wall Street

Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks S&P 500 dan Nasdaq akhiri kuartal III masing-masing turun 5,3 persen dan 4,1 persen. Untuk pertama kalinya, indeks S&P 500 dan Nasdaq alami koreksi tiga kuartalan berturut-turut sejak 2009. Indeks Dow Jones turun 6,7 persen pada kuartal III dan mengalami penurunan kuartal ketiga berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2015.

Pada pekan ini, rata-rata indeks acuan membukukan penurunan tajam. Indeks S&P 500 turun 2,9 persen. Indeks Dow Jones melemah 2,9 persen dan Nasdaq susut 2,7 persen.

Sepanjang September 2022, indeks acuan bergejolak. Indeks S&P 500 turun 9,3 persen dan mencatat penurunan terburuk sejak Maret 2020. Indeks Nasdaq melemah 10,5 persen dengan saham teknologi paling terpukul karena imbal hasil obligasi melonjak. Indeks Dow Jones melemah 8,8 persen.

 

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 29 September 2022

Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali melanjutkan aksi jual pada perdagangan Kamis, 29 September 2022. Aksi jual tersebut mendorong indeks S&P 500 ke level terendah baru pada 2022 karena kekhawatiran resesi tidak aka hentikan bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.

Aksi jual saham dipimpin oleh Apple. Hal ini terjadi setelah bank investasi besar menurunkan peringkat Apple. Saham Apple turun 4,9 persen.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 2,1 persen ke posisi 3.640,47 dan mencatat penutupan terendah baru pada 2022. Selama sesi perdagangan, indeks S&P 500 jatuh ke level terendah intraday 2022 di 3.610,40. Ini merupakan level terendah intraday sejak 2020.

Sementara itu, indeks Dow Jones anjlok 458,13 poin atau 1,54 persen ke posisi 29.225,61. Indeks Nasdaq tersungkur 2,84 persen ke posisi 10.737,51.

Pergerakan wall street terjadi setelah sempat reli pada perdagangan Rabu, 28 September 2022 seiring Bank of England mengatakan akan membeli obligasi dalam upaya untuk membantu menstabilkan pasar keuangannya dan pound Inggris melemah. Sterling telah tersungkur ke rekor terendah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir.

Pada perdagangan Rabu, 28 September 2022, indeks Dow Jones naik lebih dari 500 poin atau 1,9 persen. Sedangkan indeks S&P 500 naik hampir dua persen. Dua indeks acuan tersebut menghentikan koreksi beruntun dalam enam hari.

“Kami tetap skeptis kalau suasana yang lebih tenang di pasar pada Rabu menandai berakhirnya periode baru-baru ini dari peningkatan volatilitas,” tulis Mark Haefele dari UBS seperti dikutip dari CNBC, Jumat (30/9/2022).

Ia menambahkan, untuk reli yang lebih berkelanjutan, investor perlu melihat bukti meyakinkan inflasi terkendali, memungkinkan bank sentral menjadi kurang hawkish.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya