China Siap Melonggarkan Aturan Masuk untuk Turis Asing

Aturan masuk ke China bagi turis asing telah jadi yang paling ketat sejak pandemi COVID-19.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Sep 2022, 08:02 WIB
Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - China akan melonggarkan aturan turis asing untuk memasuki wilayahnya. Melansir CNN, Rabu, 21 September 2022, pemerintah negara itu mengeluarkan rancangan peraturan pada Senin, 19 September 2022 yang bertujuan meningkatkan pariwisata di sepanjang perbatasannya.

Menurut rancangan dokumen kebijakan yang dirilis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, awal pekan ini, grup wisata yang dibawa agen perjalanan di daerah perbatasan akan dapat memilih pintu masuk dan keluar mereka "secara fleksibel." Namun, rincian lebih lanjut tentang lokasi dan tanggal tidak disediakan.

China telah menutup perbatasannya untuk turis asing sejak pandemi COVID-19 dimulai pada 2020. Pihaknya hanya mengizinkan kelompok warga negara asing tertentu untuk masuk ke wilayah mereka, seperti pemegang visa valid.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah China telah secara signifikan memperketat pembatasan COVID-19 untuk menahan penyebaran varian Omicron yang sangat menular. Bulan ini, beberapa kota besar ditempatkan dalam penguncian penuh atau sebagian.

Di bawah rancangan kebijakan baru, turis asing akan diizinkan mengunjungi situs wisata perbatasan China, tapi hanya sebagai bagian dari grup wisata. Artinya, mereka belum bisa melakukan perjalanan individu.

Kebijakan itu tidak menentukan apakah mereka yang masuk masih harus mengikuti persyaratan karantina China untuk pelancong. Berdasarkan aturan terkini, pendatang dari luar negeri wajib karantina hotel satu minggu dan observasi rumah tiga hari. China berbatasan dengan 14 negara, termasuk Rusia, Mongolia, Vietnam, Laos, dan Myanmar.

2 dari 4 halaman

Imbauan Menghindari Kontak Langsung dengan WNA

Seorang pekerja yang mengenakan pakaian pelindung menyemprotkan disinfektan ketika seorang wanita menunggu tenggorokannya diusap untuk tes COVID-19 di fasilitas pengujian virus corona di Beijing, China, Jumat (12/8/2022). REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beberapa kota di China yang sedang dilanda wabah Covid-19 menerapkan peraturan pembatasan sosial baru. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Rencana pelonggaran aturan untuk turis asing itu datang berdekatan dengan imbauan untuk menghindari kontak langsung dengan warga negara asing (WNA). Permintaan itu datang dari kepala epidemiolog Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Wu Zunyou, sehari setelah kasus pertama cacar monyet dikonfirmasi di negara itu pada Jumat, 16 September 2022.

Dalam unggahan di akun Weibo-nya, Sabtu, 17 September 2022, Wu awalnya menulis bahwa pembatasan COVID-19 dan kontrol perbatasan yang ketat di China telah berhasil mencegah penyebaran cacar monyet. Namun, lanjutnya, sebuah kasus cacar monyet telah "lolos" dan karenanya harus ada pencegahan kuat untuk penyakit tersebut.

"Perlu dan penting untuk memperkuat pemantauan dan pencegahan cacar monyet," tulis Wu dalam unggahannya, menekankan risiko penyebaran penyakit tersebut melalui perjalanan internasional dan kontak dekat. Wu kemudian memberi lima rekomendasi untuk publik, dengan poin pertama berbunyi: "Jangan melakukan kontak kulit dengan orang asing."

Unggahan itu kemudian jadi viral dan menarik berbagai komentar warganet.

3 dari 4 halaman

Komentar Pro Kontra

Seorang wanita memakai masker saat mengunjungi pusat perbelanjaan di Beijing, China, Selasa (14/12/2021). Kasus pertama varian omicron COVID-19 telah terdeteksi di daratan negara di kota Tianjin di sebelah timur Beijing. (AP Photo/Ng Han Guan)

Beberapa memuji peringatan Wu, menyebutnya sebagai "langkah yang masuk akal." Ada juga warga yang mengaku lega kerena tidak banyak mengenal orang asing. Namun, tidak sedikit warga yang mempertanyakan pernyataan Wu.

Di unggahan awal, kolom komentarnya sempat dinonaktifkan. Tapi, unggahan Wu tersebut telah disebarluaskan oleh akun lain. Beberapa warganet terang-terangan mengkritik unggahan tersebut, menyebutnya sebagai "diskriminatif dan berbahaya."

Pengguna yang tidak setuju telah membandingkan kasus ini dengan gelombang xenofobia dan kekerasan yang dihadapi orang Asia di luar negeri pada awal pandemi COVID-19. "Ini seperti saat pandemi dimulai, ketika beberapa orang di luar negeri menghindari orang-orang Asia, terutama China yang mereka lihat karena takut," komentar seorang pengguna.

Ia menyambung, "Saya tidak percaya bila dua hal ini memiliki dasar ilmiah. Mereka (hanya) akan memperburuk kepanikan publik."

Yang lain mempertanyakan mengapa orang asing di China, yang banyak di antaranya adalah penduduk jangka panjang dan tidak bisa pergi karena pembatasan COVID-19, dianggap lebih berbahaya daripada penduduk setempat. 

4 dari 4 halaman

Pelonggaran Aturan Sebelumnya

Orang-orang tiba di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing untuk melakukan perjalanan menjelang liburan "Golden Week" pada 30 September 2020. Gelombang liburan melanda China yang warganya merayakan libur panjang, yang dikenal dengan Golden Week. (NICOLAS ASFOURI / AFP)

Sebelumnya pada Juni lalu, China telah memangkas waktu karantina untuk pelancong asing hingga setengahnya. Ini menandai pelonggaran besar dari salah satu pembatasan COVID-19 paling ketat di dunia.

CNA melaporkan, karantina di fasilitas terpusat telah dipotong jadi tujuh hari dari 14 hari. Juga, pemantauan kesehatan di rumah berikutnya telah dikurangi jadi tiga hari dari tujuh hari, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Pedoman terbaru dari otoritas kesehatan juga melonggarkan persyaratan karantina untuk kontak dekat orang-orang positif virus corona baru. Negara itu telah dengan hati-hati melonggarkan pembatasan COVID-19 pada pelancong lintas batas dalam beberapa bulan terakhir.

Pejabat kesehatan negara itu mengatakan bahwa periode inkubasi varian Omicron yang lebih pendek memungkinkan penyesuaian periode karantina. Ibu kota China, Beijing, dalam beberapa bulan terakhir telah mengurangi periode karantina di fasilitas terpusat jadi 10 hari dari 14 hari.

China, pada Mei lalu, juga menghapus beberapa persyaratan tes COVID-19 untuk orang yang terbang dari negara-negara, seperti Amerika Serikat. "Kami percaya bahwa pengumuman hari ini akan disambut baik oleh komunitas bisnis Amerika," kata Kamar Dagang Amerika di Shanghai melalui akun WeChat resminya.

Infografis WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 Sudah di Depan Mata. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya