Setop Kekerasan Seksual di Pesantren, Ini Rekomendasi MUI

Selain kekerasan fisik, kekerasan secara psikologi dan kekerasan seksual terjadi di pesantren lainnya. Ini menjadi perhatian Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (KPRK MUI)

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Sep 2022, 21:30 WIB
Siswa SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, sekaligus santri Pondok Pesantren El Muslim tengah mengaji di Ponpes El Muslim yang terintegrasi dengan sekolah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Akhir-akhir ini pondok pesantren kembali menuai perhatian publik. Sayang, tone-nya negatif. Seorang santri meninggal diduga karena dianiaya oleh rekan atau seniornya sesama santri.

Selain kekerasan fisik, kekerasan secara psikologi dan kekerasan seksual terjadi di pesantren lainnya. Ini menjadi perhatian Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (KPRK MUI).

Karena itu, KPRK MUI mengeluarkan sejumlah rekomendasi untuk pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual di pondok pesantren.

Ketua KPRK MUI, Dr Siti Marifah, mengatakan kekerasan dan pelecehan seksual di mana pun khususnya di Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan lainnya harus disetop.

Oleh karenannya, Siti Marifah mendorong agar pesantren memperkuat kembali misi mulia yang ada di pesantren dengan melakukan langkah konkret di antaranya melakukan tansiqul harakah atau gerakan bersama.

Siti Marifah menambahkan, langkah konkret lainnya adalah dengan melakukan pernyataan sikal bersama untuk menyerukan stop kekerasan dan pelecehan seksual di Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan lainnya. Selain itu, kata Siti Marifah, melalui restorative justice (keadilan restoratif).

“Setiap pihak bersama-sama menyelesaikan persoalan kekerasan seksual secara proporsional berkeadilan dengan melibatkan ahli yang kredibel seperti psikolog, akademisi dan lainnya,” katanya, dikutip dari mui.or.id, Selasa(6/9/2022).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Pesantren Ramah Anak

Santri Pondok Pesantren El Bayan, Cilacap keluar dari masjid usai salat berjemaah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Siti Marifah mengungkapkan, pihaknya akan membuat role model pesantren sebagai contoh pesantren yang ramah anak. Hal itu harus diiringi kordinasi dengan pemangku kepentingan.

“Nanti akan ditindaklanjuti dengan stakeholder terkait dengan mambuat role model pesantren ramah anak itu seperti apa,” sambungnya.

Siti Marifah mengatakan, pihaknya akan berkordinasi dengan Kementrian Agama yang membidangi pesantren, KPPA, lembaga perguruan tinggi terkait untuk mencegah kekerasan dan pelecehan seksual.

Lebih lanjut, Siti Marifah menerangkan bahwa pihaknya akan melibatkan para ahli yang kredibel seperti psikolog dan akademisi melalui penyiapan pelatihan konselur yang akan melakukan pendampingan di pesantren atau lembaga pendidikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya