Kisah Pangeran Benowo, Putra Joko Tingkir yang Tak Haus Kekuasaan dan Pilih Berdakwah

Pangeran Benowo adalah putra sulung Jaka Tingkir yang hanya meneruskan tahta ayahnya selama 1 tahun Ia menjadi Sultan Pajang pada tahun 1586-1587 M. Ia dikenal sebagai sosok yang tidak haus keukasaan dan jabatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Agu 2022, 00:30 WIB
Makam Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir. (Foto: Pemprov Jateng/Liputan6.com)

Liputan6.com, Cilacap - Pangeran Benowo adalah putra Joko Tingkir yang menjabat menjadi Sultan Pajang selama 1 tahun, yakni pada tahun 1586-1587 M. Ibundanya bernama Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggana, Raja Demak (1521-1546) Masehi.

Putra Sultan Hadiwijaya ini meneruskan kepemimpinan saudara iparnya, Arya Pangiri yang berkuasa tahun 1583-1586 masehi. Ia dikenal sebagai sosok yang tidak haus kekukasaan dan jabatan. 

Setelah kematian ayahnya, yaitu Joko Tingkir tahun 1582, tahta kesultanan Pajang yang seharusnya dimiliki oleh Pangeran Benowo direbut oleh kakak iparnya sendiri yaitu Arya Pangiri, Adipati Demak. Kemudian, Pangeran Benowo menjadi Adipati Jipang Panolan.

Tahun 1586, Pangeran Benowo bersekutu dengan Sutawijaya (pendiri Mataram) untuk menurunkan tahta Arya Pangiri karena dianggap kurang adil dalam memimpin pemerintahan. Akhirnya Pangeran Benowo naik tahta dan menjadi raja ketiga di Pajang dengan gelar Prabuwijaya.

Selain itu, seiring kemajuan Mataram yang semakin pesat, akhirnya ia rela menyerahkan Kesultanan Pajang menjadi kadipaten bagian dari Kesultanan Mataram Islam. Ketika itu, Mataram dipimpin oleh Sutawijaya yang berjuluk Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama yang berkuasa tahun 1586-1601 Masehi.

Julukan tersebut menunjukkan yang menunjukan bahwa raja berkuasa atas pemerintahan dan keagamaan. Sedangkan gelar Senopati untuk sebutan panglima perang. Sutawijaya sendiri merupakan kakak angkat dari Pangeran Benowo.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Meninggalkan Tahta Pajang dan Memilih Berdakwah

Kompleks Makam Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir. (Foto: Pemprov Jateng/Liputan6.com)

Setelah itu, Pangeran Benowo meninggalkan Pajang dan lebih memilih menyebarkan agama Islam dan dikenal dengan nama Syech Abdul Halim. Perjalanan Pangeran Benowo dalam penyebarkan agama Islam sampai di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Jombang.

Hal ini dibuktikan dengan salah satu petilasan Pangeran Benowo atau wali Syekh Abdul Halim terletak di area Pemakaman Benowo Krajan, Surabaya. Petilasan ini banyak dikunjungi warga sekitar hingga luar pulau Jawa. Selain warga sekitar, tokoh nasional seperti Gus Dur dan Ibu Tri Rismaharini juga pernah berkunjung ke petilasan tersebut.

Makam Pangeran Benowo diyakini berada di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Jombang. Keyakinan tersebut dikarenakan adanya beberapa peninggalan yaitu kitab, pedang, dan beduk kecil mirip rebana. Lalu bagaimana keadaan makam tersebut sekarang? Simak ulasan berikut ini.

Namun, ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa setelah turun tahta Pangeran Benowo menuju ke arah barat dan membangun sebuah pemerintahan yang sekarang bernama Pemalang. Konon Pangeran Benowo juga meninggal di Pemalang, tepatnya di Desa Penggarit.

Demikian kisah Pangeran Benowo yang lebih memilih dakwah Islam dibandingkan mempertahankan kekuasaannya sebagai Sultan Pajang. Hal ini membuktikan bahwa dirinya tidak haus akan kekuasaan dan jabatan.

 

Penulis: Khazim Mahrur

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya