Bahagianya Wanita Tunanetra Berusia 45 tahun di Kabupaten Berau Bisa Lolos PPPK

Seorang wanita tunanetra di Kabupaten Berau akhirnya menerima SK pengangkatannya sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

oleh M Syaifuddin Zuhrie diperbarui 17 Jul 2022, 23:00 WIB
Erny Fitriany saat menerima SK PPPK sebagai guru BK di SMK Negeri 1 Berau di usia 45 tahun.

Liputan6.com, Berau - Ketidaksempurnaan bukan hambatan untuk mengejar impian. Asal ada niat, dan usaha disertai doa, tidak ada yang tidak mungkin. Itu dibuktikan oleh Erni Fitriani. Satu-sarunya wanita tunanetra yang lolos tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kabupaten Berau.

Kamis, 14 Juli 2022 lalu, merupakan momen yang membanggakan sekaligus membuatnya terharu. Pasalnya, SK pengangkatannya guru PPPK tahun 2022, diserahkan secara simbolis Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi.

Erni, akan bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling (BK) di SMK N 1 Tanjung Redeb, Berau.

Sedikit tentang profil Erni, dia awalnya mengajar di sekolah luar biasa (SLB) sejak tahun 2008 lalu. Latar belakang pendidikannya dimulai dari sekolah dasar (SD) SLB.

Setelah lulus dia melanjutkan pendidikannya ke SMP di Jogjakarta hingga mendapatkan gelar S1. Uniknya, saat mengejar gelar S1, dia kuliah di kampus inklusif, berbaur dengan orang normal lainnya.

"Alhamdulillah. Saya sangat senang sekali. Apalagi saya satu-satu peserta disabilitas di Kabupaten Berau, yang lolos PPPK. Ini juga merupakan kebanggaan bagi orang tua saya," katanya.

Lolos sebagai guru PPPK, bukan tanpa kendala. Pada tahap pertama, dirinya bahkan tidak lolos. Sebab, saat mengikuti waktu itu, alat yang digunakan merupakan komputer suara. Saat digunakan untuk mengerjakan materi yang diujikan, komputer tersebut bermasalah.

Panitia yang bertugas, juga sempat melakukan perbaikan. Soalnya, hingga waktu tes berakhir, komputer tak kunjung normal.

"Saya sedih waktu itu. Dan itu membuat saya gugur di tahap pertama," kata dia.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Tes Tahap Dua

Erny Fitriany saat menunjukkan SK PPPK sebagai guru BK di SMK Negeri 1 Berau.

Kemudian, saat tes PPPK tahap kedua, dirinya sempat merasa bimbang antara kembali ikut atau tidak. Sebab, di SLB, Erni mengajar guru kelas.

Sementara, kuliahnya di jurusan bimbingan konseling. Apalagi kata dia, dalam tes PPPK tidak bagian BK untuk SLB, melainkan hanya Pendidikan Luar Biasa (PLB).

Beruntung, kala itu, Kepala SLB tempatnya bekerja, terus memberikan dorongan dan motivasi agar bisa ikut kembali. Seolah tidak ingin kesalahan sebelumnya terulang, Erni meminta kepada pengawas untuk membacakan materi yang disoalkan.

Di sisi lain, dalam usahanya lolos sebagain tenaga PPPK, juga mendapat dukungan dari rekan-rekannya di Jakarta, agar peserta disabilitas tunanetra diberi kebijakan agar soal tersebut dibacakan secara langsung.

"Alhamdulillah saya lulus tahap kedua," katanya.

Sekarang usianya sudah 45 tahun. Dirinya pun sangat siap mengabdi di pekerjaan barunya sebagai guru BK di SMK 1 Berau. Meskipun "berbeda" dengan guru-guru di lingkungan baru nanti, Erni mengaku sudah cukup terbiasa berbaur dengan orang-orang non disabilitas.

Sehingga, tidak sulit bagi dia untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.

"Saya waktu kuliah juga di kampus umum, dari lulus SLB, saya sekolah hingga selesai kuliah di Jogja itu inklusif semua. Jadi alhamdulillah bergaul dengan non disabilitas itu sudah biasa," katanya.

3 dari 3 halaman

Perjuangan Kaum Disabilitas

Ilustrasi rekrutmen PPPK Istimewa)

Erni, merupakan salah satu wanita disabilitas luar biasa. Meski mengalami tunanetra, tidak bisa mematahkan kegigihannya dalam mengejar cita-cita dan impiannya.

Meskipun dalam perjalanan karirnya sebagai guru, banyak hal yang harus dilalui.

Sementara ini, Erni tinggal di kawasan Jalan Pulau Panjang, Tanjung Redeb. Dia tinggal dengan seorang anaknya, sejak berpisah dengan suaminya pada 2016 silam.

Diharapkan, akan ada Erni-Erni berikutnya dari kalangan disabilitas, khususnya di Kabupaten Berau. Wanita yang pantang menyerah, dan terus berjuang untuk meraih impiannya.

“Tetap semangat, jangan minder, kita harus bisa bangkit dan berdamai dengan keadaan kita. Disabilitas, bukan merupakan hambatan. Tetap berjuang dan sisanya serahkan kepada Tuhan," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya