Inflasi Tinggi Bawa Rupiah Tersungkur ke 14.985 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi dibuka melemah di tengah tekanan inflasi global yang masih tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jul 2022, 10:33 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi dibuka melemah di tengah tekanan inflasi global yang masih tinggi.

Rupiah pagi ini bergerak melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.985 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.975 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS hari ini dengan sentimen The Fed yang makin menguat dan kekhawatiran pasar terhadap inflasi meninggi," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Selasa (12/7/2022).

Menurut Ariston, pelaku pasar berekspektasi besar bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Juli ini sebesar 75 basis poin dan pada September 50 basis poin.

"Tekanan inflasi yang masih tinggi dan situasi ketenagakerjaan yang membaik di AS mendorong ekspektasi tersebut," ujar Ariston.

Data inflasi konsumen AS pada Juni yang akan dirilis hari Kamis ini diekspektasi akan mencetak rekor tertinggi baru dalam 49 tahun yaitu sebesar 8,8 persen.

 

2 dari 3 halaman

Bank Sentral AS Makin Agresif

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ariston menilai agresivitas The Fed dalam menaikkan suku bunga itu melebihi bank sentral lainnya, mendorong penguatan dolar AS.

Selain itu, lanjut Ariston, meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi dan resesi mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS sehingga dolar AS semakin menguat.

"Dunia dihadapkan pada kenaikan harga energi dan pangan akibat perang yang menyebabkan harga barang konsumsi naik. Ini bakal mengikis daya beli masyarakat dan akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi," kata Ariston.

Di Indonesia inflasi terus meningkat meski negara sudah memberikan subsidi energi yang besar. Menurut Ariston, lama kelamaan masyarakat bisa mengurangi konsumsi yang bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

 

3 dari 3 halaman

Prediksi Rupiah

Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Penguatan Rupiah dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah 15.050 per dolar AS dengan support di level 14.970 per dolar AS.

Pada Senin (11/7) rupiah ditutup menguat 4 poin atau 0,03 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.979 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya