Buka Representative Office Dubai, BSI Didaulat Sebagai Progressive International Market Expansion

Pembukaan Representative Office di Dubai adalah milestone awal dari pengembangan bisnis dan jaringan BSI ke depannya.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Jul 2022, 15:59 WIB
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mendapatkan penghargaan sebagai Progressive International Market Expansion untuk kategori Innovation of Marketing, Product, and Service. Ini tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh BSI di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) dengan membuka Representative Office Dubai.

Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi, penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kerja keras BSI dalam memperluas layanan di pasar internasional, khususnya di wilayah Timur Tengah. Menurutnya, ekspansi ini merupakan salah salah satu upaya untuk mewujudkan visi BSI masuk dalam jajaran 10 besar bank syariah terbesar di dunia pada tahun 2025.

“Pembukaan Representative Office di Dubai adalah milestone awal dari pengembangan bisnis dan jaringan BSI ke depannya. Dari Dubai, kita tentu berharap bahwa presence BSI secara global akan semakin banyak di sejumlah pusat-pusat keuangan dunia lainnya seperti London, New York, Tokyo, Singapura dan juga Arab Saudi,” kata Hery dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (2/7/2022).

Hery memaparkan ada beberapa alasan mengapa kawasan Timur Tengah menjadi wilayah yang dipilih oleh BSI dalam rangka ekspansi ke luar negeri.

Hery menyebut kawasan Timur Tengah menawarkan potensi bisnis yang sangat besar dan sangat potensial. Potensi ini antara lain adalah haji dan umrah karena Indonesia menjadi penyumbang terbesar jemaah haji di Arab Saudi.

Dari sisi perdagangan (bilateral trade), Indonesia memiliki volume perdagangan yang signifikan dengan kawasan GCC – khususnya dengan dua negara ekonomi terbesar di GCC – yakni Arab Saudi dan UAE adalah sebesar USD 6,87 Miliar per tahun atau setara Rp96 Triliun pada 2020.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Timur Tengah

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Timur Tengah merupakan juga salah satu pusat dari global investor. Pemerintah Indonesia menerbitkan semua global Sovereign Sukuknya di Nasdaq Dubai. Tercatat, 30 persen investor Global Sukuk tersebut berasal dari kawasan Timur Tengah.

Di samping itu, Timur Tengah saat ini sedang menggalakkan proyek pembangunan dengan visi beyond oil development – sehingga semakin banyak negara-negara di Timur Tengah khususnya GCC yang mulai melakukan diversifikasi pembangunannya dari oil-based-revenue dengan non-oil based revenue khususnya dari aspek jasa (service based economi) dan karenanya akan semakin investment friendly.

"UAE adalah pusat keuangan Islam. Kita lihat saat ini kawasan Timur Tengah sangat strategis karena dalam beberapa perdagangan bilateral antara Indonesia memiliki volume yang sangat signifikan, antara lain letter of credit, trade finance, dengan negara kawasan Gulf Cooperation Council (GCC)," ujar Heri dalam BSI Grand launching Representative Office Dubai.

3 dari 4 halaman

Kehadiran UUS BTN di BSI Disebut Jadi Suntikan Tenaga bagi Industri Keuangan Syariah

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Keputusan pemerintah mendorong PT Bank Syariah Indonesia Tbk mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dinilai langkah tepat untuk memperkuat industri keuangan syariah.

Sebagaimana diketahui, satu pekerjaan rumah besar perbankan syariah adalah meningkatkan penetrasi pasar.

 Anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidowi sepakat dengan rencana konsolidasi seluruh bank syariah pelat merah dalam satu atap. “Saya kira bagus karena tinggal BTN Syariah yang belum dilebur ke BSI,” kata dia.

Achmad mengatakan bahwa dengan hadirnya BTN Syariah di tubuh BSI, akan menjadi suntikan tenaga baru bagi industri keuangan syariah.

Aset dan keahlian khusus BTN dalam menggarap pembiayaan perumahan akan menjadi modal kuat BSI masuk dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia. Bergabungnya BTN Syariah di tubuh BSI juga akan meningkatkan aset bank secara signifikan.

Per Maret 2022, aset UUS milik BTN sebesar Rp 37,35 triliun. Dia menambahkan Indonesia sudah sepatutnya memiliki bank syariah berstatus BUMN dengan kemampuan yang komprehensif. Potensi ekonomi syariah di negara ini terbilang komplit.

Saat ini Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk muslim di Tanah Air mencapai 229 juta jiwa atau sekitar 87,2 persen dari total populasi.

Selain itu preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah sebenarnya cukup kuat. Akan tetapi membutuhkan sedikit dorongan dan dukungan dari berbagai pihak agar pertumbuhannya signifikan.

Potensi lain adalah industri halal di Indonesia yang nilainya kurang lebih Rp 4.375 triliun. Dari total nilai tersebut, Industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak senilai Rp 2.088 triliun disusul aset keuangan syariah senilai Rp 1.438 triliun.

  

4 dari 4 halaman

Kondisi Perbankan Syariah di Indonesia

Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan aset bank syariah, rata-rata, selalu di atas industri perbankan secara umum.

Pada 2017 misalnya, saat aset bank konvensional tumbuh kurang dari 10 persen yoy, bank syariah melesat 18,8 persen yoy.

Begitu pula dalam 4 tahun setelahnya di mana aset bank syariah selalu tumbuh di atas 10 persen yoy, tetapi bank konvensional rata-rata kurang dari 9 persen yoy.

Kendati demikian pangsa pasar bank syariah tidak terkerek jauh. Sejak 2012 hingga Februari 2022, penguasaan pasar bank yang menjalankan bisnis berdasarkan asas Islam ini hanya bergerak dari 4,37 persen menjadi lebih dari 6 persen.

Bila melihat tren, sejak 2012, pertumbuhan aset bank syariah melambat. Pada 2012 bank syariah sempat mencatat kenaikan 24,1 persen yoy.

Kemudian hingga Februari 2022, bank syariah melaporkan pertumbuhan aset lebih dari 20 persen yoy hanya satu kali yakni pada 2016, sedangkan sisanya berkisar antara 8 persen–14 persen secara tahunan.

Sementara itu dari sisi pembiayaan, bank syariah juga terpantau mengalami tren perlambatan pertumbuhan.

Per Februari 2022, total pembiayaan naik 7,6 persen yoy. Pada 2016 fungsi intermediasi bank syariah tumbuh 16,4 persen yoy.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya