Hindari Pelecehan Seksual terhadap Anak Saat Mengajaknya Berlibur

Anak yang rentan mengalami pelecehan seksual adalah mereka yang tidak tahu bahwa mereka rentan mengalami pelecehan.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Jun 2022, 09:03 WIB
Ilustrasi liburan ke luar negeri bareng anak. (dok. unsplash.com/@leorivas)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah memasuki masa liburan sekolah, dan Anda bingung mau mengajak si kecil ke mana? Periode rehat kali ini bisa jadi lebih ditunggu-tunggu, mengingat aturan cukup longgar untuk bepergian setelah lebih dari dua tahun masa pandemi COVID-19. Kendati, protokol kesehatan harus tetap diterapkan secara ketat dan disiplin.

Jika memutuskan membawa anak liburan ke ruang publik, mereka akhirnya tidak lepas dari berbagai risiko, termasuk pelecehan seksual. "Anak yang rentan (mengalami pelecehan seksual) adalah mereka yang tidak tahu bahwa mereka rentan mengalami pelecehan seksual," ahli psikologi anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi, menyebutkan dalam virtual media workshop "Sambut Hari Keluarga Nasional 2022: Manfaatkan Libur Sekolah untuk Tingkatkan Kemampuan Sosialisasi dan Melepas Kejenuhan Anak," Selasa, 28 Juni 2022.

Mengantisipasi risiko pelecehan seksual terhadap anak, Anna menyarankan untuk menyampaikan semua anggota tubuh dengan nama asli pada anak berusia hingga dua tahun. "Jangan pakai nama-nama asalan. Jadi, kalau mereka kenapa-kenapa, bisa menyebut bagian tubuh secara benar," katanya.

Kemudian, untuk anak berusia di atas dua tahun, mulai biasanya anak untuk berganti baju di ruang tertutup. "Seringnya kalau liburan di pantai, karena anak kecil, buka bajunya di mana saja, jangan begitu. Ajarkan anak untuk belajar menghargai tubuh mereka," Anna menyambung.

Lalu, ajarkan pada anak bahwa yang boleh menyentuh tubuhnya hanya orangtua atau pengasuh. "Itu pun hanya saat meladeni (kebutuhan) dia," Anna menyebut. "Pesankan ke anak untuk lapor ke kita atau pengasuh saat mereka sudah tidak nyaman. Karena itu, kita harus membiasakan diri untuk menyamankan anak saat mereka mengadu."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Perkembangan Anak

Ilustrasi gambar anak bermain lompat tali mengisi waktu liburan sekolah. (dok Monstera/pexels.com)

Di samping itu, Anda mungkin berkeinginan menebus keinginan menikmati waktu bersantai sambil melakukan kegiatan yang baik untuk perkembangan anak. Maklum, ruang gerak anak dan keluarga yang terbatas di masa krisis kesehatan global disebut telah menimbulkan sederet kekhawatiran akan tumbuh kembang anak, termasuk dalam hal sosialisasi si kecil.

Soal liburan yang baik untuk perkembangan anak, Anna menyebut bahwa liburan sebenarnya bisa di mana saja. "Bisa di pantai, gunung, bahkan di rumah saja," katanya 

Yang penting, Anna mengatakan, anak-anak dan keluarga melakukan kegiatan yang telah disepakati bersama. Ia berkata, "Bukan tentang (liburan) di mana, tapi dengan siapa dan berkegiatan apa. Kalau orangtua cuma pindah kerja dan tidak quality time dengan anak ya sama saja."

Lebih lanjut Anna mengatakan, liburan sekolah ini sebaiknya dimanfaatkan sebagai momen melepas kejenuhan dan membuat anak lebih akrab dengan keluarga. "Jangan ada persiapan belajar, apalagi belajar. Lebih baik mereka melakukan kegiatan yang tidak bisa dilakukan di hari-hari harus masuk sekolah," ia mengatakan.

 

3 dari 4 halaman

Destinasi Ramah Anak

Ilustrasi berlibur ke pantai bersama anak (pexels.com/Pixabay)

Terkait destinasi ramah anak, Anna menyebutkan beberapa kategorinya. Pertama, tempat tersebut tidak punya banyak perabot berujung tajam dan barang mudah pecah. "Beberapa hotel kan ada yang punya banyak guci atau hiasan yang pedang-pedang," ia menyebut.

Kemudian, sebaiknya keluarga memilih lokasi liburan yang punya tempat bermain anak. "Lalu, hati-hati memilih hotel dengan kolam renang. Lihat ada pagarnya atau enggak. Kalau enggak ada, itu kemungkinan berbahaya bagi anak-anak," ia menyebutkan. "Karena itu, walau liburan, anak harus terus didampingi."

Selain, liburan sekolah kali ini juga bisa jadi momen mengajarkan anak bersosialisasi. Beberapa rekomendasi kegiatannya adalah playdate dengan teman sebayanya. Juga, bisa memberdayakan keberadaan keluarga besar, yang mana anak bisa berinteraksi dengan anggota keluarga yang tidak setiap hari ia temui.

Ketiga, bermain peran antar anak dan orangtua. Kemudian, manfaatkan teknologi untuk bersosialisasi. "Tapi, ini harus dibatasi sesuai usianya. Makin besar (anak), aturannya memang makin longgar. Tapi, orangtua tetap haru mengawasi (penggunaan gawai)," Anna menyebut.

Terakhir, bisa dengan menjadwalkan kegiatan virtual bersama jika memang belum nyaman untuk keluar rumah.

4 dari 4 halaman

Jadi Rekan Strategis

Ilustrasi aplikasi Tokopedia. (dok. Tokopedia)

Mendukung kedekatan anak dan keluarga, serta merayakan Hari Keluarga Nasional yang jatuh hari ini, Rabu (29/6/2022), Head of Category Development Tokopedia, Ramadhan Niendraputra, menyebut bahwa orangtua bagi mereka tidak sekadar target pasar, namun juga rekan strategis.

"Kami punya komunitas Tokopedia Parents. Kemudian, kampanye di platform kami secara berkala," katanya di kesempatan yang sama. "Kami juga mengundang konsumen loyal ke WhatsApp group yang sekarang anggotanya sudah lebih dari lima ribu pengguna."

"Itu kami bagi lagi segmennya berdasarkan banyak hal, dari tahap pertumbuhan anak, sampai bapak vs ibu. Ya, jadi ada segmen untuk para bapak dan isinya tidak kalah menarik," ucapnya, menambahkan bahwa pihaknya juga acap kali menggagas banyak aktivitas, seperti workshop dan talkshow.

Selain, ia pun berbagi tren belanja online kategori Ibu dan Anak. Barang-barang terlarisnya antara lain botol susu dan dot; mainan edukasi dan musikal bayi; alat makan bayi; sikat gigi dan pasta gigi bayi; serta mainan luar ruangan bayi.

 

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya