Ziarah Jelang Ramadan, Apakah Ahli Kubur Mendengar dan Bergembira?

Secara bahasa, ziarah berasal dari bahasa Arab yang berarti berkunjung. Dalam pengertian sederhana, ziarah diartikan berkunjung ke makam orang yang sudah meninggal.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 24 Mar 2022, 02:30 WIB
Ilustrasi ziarah kubur/copyright shutterstock.com

Liputan6.com, Denpasar - Menjelang Ramadan, atau pada Sya'ban, umat Islam ramai berziarah ke orangtua hingga para wali. Bahkan, rela ikut rombongan ziarah ke luar daerah.

Misalnya ke makam para Wali Sanga yang berada di Jawa Barat hingga Jawa Timur.

Kemudian aktivitas ziarah ramai kembali setelah Hari Raya Idul Fitri. Di waktu ini umumnya umat Islam menziarahi makam-makam yang terdekat, seperti orang tuanya, kakeknya, neneknya, atau kerabat dekatnya. Setelah itu, barulah bertemu dengan keluarga besarnya.

Selain di dua momen tersebut, ziarah juga sering dilakukan di hari-hari biasa lainnya. Beberapa ada yang merutinkan ziarah setiap Kamis malam atau hari Jumat. Lantas, apa sebenarnya ziarah itu?

Secara bahasa, ziarah berasal dari bahasa Arab yang berarti berkunjung. Dalam pengertian sederhana, ziarah diartikan berkunjung ke makam orang yang sudah meninggal. Biasanya membacakan tahlil atau sekadar surat Yasin beserta doanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Mendengar dan Menjawab Salam

Ilustrasi - Makam tua. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Bicara soal ziarah, ada sebuah kisah seorang sahabat bernama Abu Razin bertanya kepada Rasulullah.

“Wahai Rasul, jika aku mau berjalan lewat kuburan orang-orang meninggal, adakah ucapan yang dapat aku sampaikan ketika melewati mereka?” tanya Abu Razin, dikutip dari Nu Online, Rabu (23/3/2022).

Kemudian Rasulullah SAW pun menjawab dengan meminta ucapkan salam sebagai berikut.

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ، أَنْتُمْ لَنَا سَلَفٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تَبَعٌ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُوْنَ

Artinya, “Salam keselamatan teruntuk kalian, wahai ahli kubur dari orang-orang muslim dan mukmin. Kalian adalah pendahulu bagi kami. Dan kami adalah pengikut kalian. Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian.”

Abu Razin kembali bertanya kepada Rasulullah SAW, “ Memangnya mereka mendengar?”

Rasulullah SAW pun menjawab, “Mereka mendengar, namun tidak bisa menjawab. Hai Abu Razin, tidakkah engkau rida ucapanmu dijawab malaikat sebanyak mereka?”

Menurut As-Suyuthi, maksud “Mereka tidak mampu menjawab” adalah menjawab dengan jawaban yang tak terdengar oleh orang hidup. 

3 dari 3 halaman

Gembira Ketika Diziarahi Orang yang Dicintai Semasa Hidup

Warga melakukan ziarah makam menyambut bulan Ramadhan 1442 H di Tempat Pemakaman Umum (TPU) khusus covid-19 di Srengseng sawah 2, Jakarta Selatan, Jumat (09/04/2021). Tradisi ziarah makam dalam menyambut bulan Ramadhan setiap tahun dilakukan oleh umat Islam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Ketika ahli kubur menjawab salam yang mendatanginya, lantas apakah mereka gembira dengan  datangnya para penziarah? Soal ini telah dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Irsyadul ‘Ibad.

آنس مَا يكون الْمَيِّت فِي قَبره إِذا زَارَهُ من كَانَ يُحِبهُ فِي دَار الدُّنْيَا 

Artinya, “Sesenang-senangnya mayat di alam kubur adalah ketika diziarahi oleh orang yang dicintainya semasa di dunia.”

Bayangkan saja, orang yang masih hidup pun saat didatangi orang yang dicintainya akan senang. Apalagi ini orang yang sudah meninggal, ditambah dengan bacaan doa-doa agar diberi ampunan dan mendapat rahmat-Nya. Wallahu a’lam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya