Kedelai Mahal, Rizal Ramli Kritik Pemerintahan Tak Niat Swasembada

Ekonom Senior Rizal Ramli, menilai selama Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak ada rencana swasembada kedelai.

oleh Tira Santia diperbarui 06 Mar 2022, 13:28 WIB
Rizal Ramli mengkritik pemerintah soal mahalnya harga kedelai. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Senior Rizal Ramli, menilai selama Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak ada rencana swasembada kedelai. Padahal, masalah kedelai bukan hal baru dan sering terjadi setiap tahunnya.

“Nah ini udah lama terjadi dan sayangnya sejak pemerintahan Jokowi tidak ada rencana untuk Swasembada kedelai,” kata Rizal Ramli dikutip dari Channel Youtube pribadinya, Minggu (6/3/2022).

Menurutnya, kedelai itu beda dengan bawang putih bawang putih yang hanya bisa ditanam di lokasi tertentu misalnya di Brebes. Tapi, kedelai itu bisa ditanam dimana saja sama halnya seperti jagung.

“Jadi sebetulnya tidak masalah, cuman kebijakan mendukung peningkatan produksi oleh petani. Contohnya harga beli kedelai dari petani hanya Rp5.000, harga di retail namanya kedelai itu hampir Rp11.000 kedelai eks impor,” jelasnya.

Selanjutnya, dia menyebut produktivitas kedelai di Indonesia sangat rendah yakni hanya 1,5 ton sampai 1,6 ton per hektar, dibanding negara yang paling unggul dalam menanam kedelai yaitu Brazil dan Argentina.

“Di Brazil itu produktivitasnya 3,5 ton per hektar,  di Argentina 3,7 ton hektar. Ini 7 tahun pemerintahan Jokowi tidak ada upaya untuk meningkatkan kualitas bibit, sehingga produktivitas bisa dinaikkan dua kali,” ujarnya.

Masalah selanjutnya, yang menyebabkan harga kedelai mahal yaitu tidak ada insentif untuk petani lokal, sehingga mereka malas untuk menanam karena keuntungannya sangat kecil. Maka ketika ada masalah kekurangan bahan kedelai, justru solusinya paling gampang melakukan impor.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Konsumsi Kedelai

Pekerja mengolah kedelai untuk pembuatan tempe di kawasan Duren Tiga Raya, Jakarta, Kamis (24/2/2022). Produsen tahu tempe kembali berproduksi usai aksi mogok selama tiga hari karena harga kedelai yang naik hingga menyentuh Rp12.000 per kg dalam beberapa bulan terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Padahal konsumsi kedelai dalam negeri mencapai 2,5 juta ton per tahun, namun petani hanya mampu memasok 240 ribu ton saja.

“Sehingga mereka bunting tanam kedelai justru solusinya impor, ada masalah impor. Kalau itu sih nggak perlu pemerintah yang canggih itu mah pedagang aja suruh kerjain. Sayangnya policy untuk memperbesar supply baik kedelai dan lain-lain itu nyaris nggak ada,” ujarnya.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dia menyarankan Pemerintah seharusnya gencar melakukan promosi dan menerapkan kebijakan untuk meningkatkan swasembada hingga memperhatikan kualitas bibit, dan memberikan insentif kepada petani kedelai, maka masalah yang serupa tidak akan terulang. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya