RI Impor Barang Konsumsi USD 2,4 M di Desember 2021, Terbanyak dari China

BPS mencatat nilai impor Indonesia pada Desember 2021 mencapai USD 21,36 miliar atau setara Rp 305,94 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2022, 17:00 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Desember 2021 mencapai USD 21,36 miliar atau setara Rp 305,94 triliun. Berdasarkan penggunaanya, impor untuk bahan baku menjadi yang paling besar yakni sebesar USD 15,63 miliar. Naik 9,07 persen (mtm) atau naik 53,33 persen (yoy).

"Peran bahan baku/penolong 73,18 persen dari total impor Desember 2021," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/1).

Selanjutnya diikuti impor barang modal dengan nilai mencapai USD 3,24 miliar. Dibandingkan bulan November kenaikannya 8,01 persen (mtm) dan 27,95 persen (yoy) dibandingkan Desember 2020.

"Barang modal kontribusinya 15,15 persen," ujarnya.

Sedangkan impor barang untuk konsumsi nilainya mencapai USD 2,49 miliar. Angka ini naik 24,55 persen (mtm) dan 45,27 persen (yoy). Sedangkan kontribusinya hanya 11,67 persen.

Berdasarkan negara asal produk, impor nonmigas dari China menjadi yang tertinggi dengan nilai USD 456,8 juta atau setara Rp 6,54 triliun. Disusul impor produk dari Australia yang mencapai USD 300,1 juta, Amerika Serikat USD 213 juta, Spanyol USD 130,3 juta dan Singapura USD 125,7 juta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Impor yang Turun

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, impor produk yang mengalami penurunan antara lain Jepang turun USD 136,1 juta, Ukraina turun USD 108,8 juta, dan Panama turun USD 62,9 juta. Kemudian impor dari Korea Selatan turun USD 54 juta dan Kanada turun USD 50,7 juta.

Secara kumulatif, nilai impor non migas ke negara-negara di ASEAN mencapai USD 2,94 miliar atau 16,3 persen. Sedangkan negara-negara di Uni Eropa mencapai 1,32 miliar atau 7,35 persen.

Berdasarkan produk yang diimpor, tertinggi impor mesin/ peralatan mekanis dan bagiannya yang mencapai USD 401,5 juta. Disusul produk farmasi yang nilainya mencapai USD 288,6 juta. Kemudian bahan bakar mineral senilai USD 186,3 juta, besi dan baja senilai USD 137,3 juta dan pupuk senilai USD 118 juta.

Sementara itu, penurunan produk impor tertinggi pada produk serealia yang turunnya mencapai USD 135,2 juta. Diikuti produk kapal, perahu dan struktur terapung senilai USD 84 juta, bijih logam, terak dan abu turun USD 75,8 juta, perabotan, lampu, dan alat penerangan turun USD 38,3 juta dan kendaraan udara dan bagiannya turun hingga USD 30,3 juta.

 

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya