Kualitas SDM Buruk Apalagi Stunting, Bonus Demografi RI Akan Jadi Musibah

Pentingnya mencegah terjadinya stunting

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 24 Des 2021, 19:00 WIB
Dokter memeriksa kesehatan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019 oleh Kementerian Kesehatan RI, tercatat satu dari empat anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita stunting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Surabaya - Stunting berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa depan. Tidak heran Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu menyinggung bahwa SDM adalah hal yang penting.

Terlebih saat ini, proporsi SDM di Indonesia yang memasuki usia produktif meningkat dan usia non produktif makin sedikit.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo SpOG (K) dalam acara Sosialisasi Stunting dari Hulu bagi Calon Pengantin di Surabaya pada Minggu, 19 Desember 2021.

"Saat ini setiap 100 orang bekerja menanggung 44 orang yang tidak bekerja. Harusnya bisa kaya, bonus demografi menjadi berkah asal SDM unggul maka pendapatan kelurarga naik, seperti Korea dan Jepang. Kalau kualitas SDM tidak unggul maka akan berat sekali, bonus demografi itu celah dan hanya terjadi sebentar saja," kata Hasto dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 20 Desember 2021.

Lebih lanjut Hasto, mengatakan, Data Survei Status Gizi Balita Indonesia pada 2019 menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia adalah 27,67 persen. Sedangkan khusus di Jawa Timur, prevalensi stunting sebesar 26,9 persen.

Angka tersebut, lanjut Hasto, masih di atas angka standar yang ditoleransi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di bawah 20 persen.

"Adapun Kerugian stunting di antaranya pendek, kemampuan intelektual agak terganggu. Di hari tua mudah terkena penyakit cardiovascular disease, metabolic disorder, keropos tulang," Hasto menambahkan.

Dalam kesempatan itu Hasto memaparkan bahwa stunting di Probolinggo cenderung tinggi karena banyak remaja menikah muda. Salah satu faktor stunting adalah menikah usia muda.

"Kalau kawin usia muda rentan putus sekolah, kemudian hamil, belum memersiapkan untuk menjadi ibu, hari tua juga tidak secure, bonus demografi yang dihadapi Indonesia hanya akan menjadi musibah," katanya.

"Kalau tidak menikah usia muda, pendidikan bagus, pekerjaan bagus, sehingga di hari tua sudah secure dalam hal ekonomi, kita akan mendapatkan bonus demografi. Karena bonus demografi menjadi berkah atau musibah itu ditentukan oleh SDM remaja kita yang produktif," pungkas Hasto.

2 dari 2 halaman

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya