Pria Suriah di Lebanon Tewas Setelah Telan Bensin

Pria Suriah ini menelan bensin di tengah kekacauan akibat kelangkaan bahan bakar.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2021, 18:00 WIB
Pemandangan dari sebuah pompa bensin di jalan raya utama saat mobil datang dari segala arah untuk mencoba dan mengisi tangki mereka dengan bensin, di kota pesisir Jiyeh, Jumat (3/9/2021). Lebanon sedang bergulat dengan krisis ekonomi dan keuangan terburuk dalam sejarah modernnya. (AP/ Hassan Ammar)

Liputan6.com, Beirut - Seorang pria tewas di Lebanon setelah menelan bensin yang disedot dari tangki kendaraannya, menurut kantor berita nasional negara itu.

Kantor Berita Nasional Lebanon mengatakan pemuda di kota utara Bhannine itu meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit, seperti dikutip dari Sky News, Senin (27/09/2021).

Kematian pria Suriah itu terjadi ketika Lebanon berjuang dengan kekurangan bahan bakar, yang telah memaksa banyak bisnis tutup dan membuat orang bergantung pada pasar gelap.

Orang-orang mengantre berkilometer hanya untuk mengisi tangki kendaraan mereka. Akibat kekacauan itu, tidak heran jika terkadang berujung pada kekerasan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Lebanon Hidup dalam kemiskinan

Pemandangan dari sebuah pompa bensin di jalan raya utama saat mobil datang dari segala arah untuk mencoba dan mengisi tangki mereka dengan bensin, di kota pesisir Jiyeh, Jumat (3/9/2021). Lebanon sedang bergulat dengan krisis ekonomi dan keuangan terburuk dalam sejarah modernnya. (AP/ Hassan Ammar)

Melihat kondisi kekacauan itu, bank sentral Lebanon baru-baru ini memutuskan untuk mengakhiri subsidi untuk produk BBM. Lalu, menaikkan harganya 10 kali lipat dari tahun lalu.

Hal tersebut adalah bagian dari krisis yang lebih luas, diperburuk dengan adanya korupsi dan pemerintahan yang buruk, yang memengaruhi hampir setiap bagian kehidupan di Lebanon.

PBB memperkirakan bahwa 78% dari populasi negara itu hidup dalam kemiskinan, dengan pengangguran yang melonjak dan nilai mata uang yang anjlok.

 

Reporter: Cindy Damara

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya