Satgas Covid-19: Varian Mu Tidak Ditemukan di Indonesia per 6 September

Pemerintah, lanjut Wiku, berupaya mencegah masuknya varian Mu dari luar negeri melalui pengetatan kebijakan karantina internasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Sep 2021, 19:51 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan Pemerintah menerima kedatangan bulk (bahan baku) vaksin Sinovac 10 juta dosis saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (2/3/2021). (Tim Media Komunikasi KPC-PEN)

Liputan6.com, Jakarta - Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito menegaskan, varian Mu belum terdeteksi di Indonesia. Klaim ini berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome squencing pada 6 September 2021.

"Data whole genome squencing per tanggal 6 September 2021 menyebutkan bahwa varian ini tidak ditemukan di Indonesia," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (7/9/2021).

Pemerintah, lanjut Wiku, berupaya mencegah masuknya varian Mu dari luar negeri melalui pengetatan kebijakan karantina internasional. Selain itu, pemerintah juga memperluas dan mempercepat vaksinasi dalam negeri untuk melindungi masyarakat dari varian baru.

"Pemerintah juga berusaha mencegah munculnya varian baru di dalam negeri melalui strategi vaksinasi serta berbagai kebijakan menyeluruh yang mampu menekan angka kasus. Tentunya hal ini hanya dapat berhasil jika dibarengi dengan peran aktif masyarakat yang tetap mempertahankan disiplin 3M dan divaksinasi," ujarnya.

Wiku menjelaskan, varian Mu ditetapkan sebagai variant of interest (VOI) oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada 30 Agustus 2021. Varian yang masuk kategori VoI mengalami perubahan pada susunan genetikanya.

"Perubahan ini diprediksi dapat mempengaruhi karakteristik virus. Dengan demikian indikasi karakteristik Mu seperti lebih ganas dibanding Delta atau dapat menghindari kekebalan tubuh masih merupakan perkiraan dan masih terus diteliti lebih dalam," jelasnya.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono mengatakan varian Mu memiliki karakter resisten terhadap vaksin. Karakter ini diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

"Tapi itu dalam konteks laboratorium bukan dalam konteks epidemiologi," katanya dalam konferensi pers, Senin (6/9).

Meski resisten terhadap vaksin, tingkat penularan varian Mu tidak sehebat varian Delta. Varian Delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi daripada varian lainnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

2 dari 2 halaman

Gejala Tanpa Bantuk Pilek

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat memberikan keterangan pers perkembangan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (13/7/2021). (Tim Komunikasi Satgas COVID-19)

Sementara Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Alexander K Ginting menambahkan, varian Mu yang ditemukan di Kolombia dan varian C.1.2 asal Afrika Selatan bisa menyerang organ manusia secara sistemik.

"Ada dari Afrika maupun Kolombia mengatakan bahwa ini menyerang manusia, menyerang paru-paru dan menyerang secara sistemik," katanya dalam diskusi, Selasa (7/9).

Gejala yang ditimbulkan varian baru ini berbeda dengan sebelumnya. Gejala akibat Covid-19 yang terjadi selama ini umumnya anosmia, demam, dan batuk pilek.

"Bisa saja nanti terjadi tidak ada lagi batuk pilek, tidak ada lagi demam, tiba-tiba ada diare ataupun tiba-tiba dia merasa sesak, kekentalan darah tinggi," jelasnya.

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya