Faisal Basri Pertanyakan Kewenangan Menteri Bahlil yang Cuma Tangani 15 Persen Investasi

Seharusnya sebagai Menteri Investasi, Bahlil Lahadia bisa mengurus seluruh investasi di Tanah Air.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Agu 2021, 15:50 WIB
Faisal Basri (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Faisal Basri mengkritik Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadia, yang sejauh ini baru menangani 15 persen dari total investasi yang ada di Indonesia. Padahal ia berharap, Menteri Bahlil bisa mengurus seluruh investasi di Tanah Air.

"Namanya sudah Menteri Investasi kan. Jadi uruslah seluruh investasi, berilah kewenangan untuk seluruh investasi," kata Faisal Basri dalam sesi bincang virtual dengan BKPM, Jumat (6/8/2021).

"BKPM itu cuman urus 15 persen dari total investasi. Ini disadari tidak oleh kita bersama. Jadi sehebat-hebatnya Pak Bahlil, 15 persen," sambungnya.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui total investasi yang pihaknya urusi baru sekitar 15 persen. Menurut dia, memang selama ini Kementerian Investasi baru masuk di sektor riil langsung, foreign direct investment, dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

"Kementerian ini baru terjadi, baru dibentuk dua bulan, dan memang kita lagi mengkonsolidasi agar ini bisa meng-cover seluruh bagian investasi," ujar Bahlil.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Sektor dengan Nilai Tambah

Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Faisal Basri, menjelaskan status Pertamina Trading Energy Limited (Petral) saat berkunjung ke Liputan6.com, Jakarta, Selasa (6/1/2015). (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Namun, ia menyatakan, tidak kalah penting juga Kementerian Investasi memikirkan bagaimana penanaman modal masuk ke sektor-sektor yang dapat memberikan nilai tambah. Itu disebutnya sejalan dengan gagasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pak transformasi ekonomi.

"Yang sudah kita lakukan adalah kita membuat langkah-langkah komprehensif yang terukur untuk investasi yang masuk itu di sektor-sektor industri, pengolahan bahan baku untuk barang jadi. Ini lagi masif kita lakukan," ungkap Bahlil.

"Saya tidak ingin menyalahkan masa lalu, tapi kita harus menatap masa depan. Kita harus menatap optimisme. Hidup ini enggak bisa hanya dilahirkan dengan pesimisme, dan ciri-ciri orang pesimisme itu susah untuk maju berkembang," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya