Bos Gojek Kenang Masa Perusahaan Hampir Bangkrut karena Kehabisan Duit

Bos Gojek Kevin Aluwi mengenang masa-masa saat Gojek hampir bangkrut karena kehabisan duit.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Jul 2021, 19:00 WIB
Co-CEO Gojek Indonesia Andre Soelistyo (kiri) dan Kevin Aluwi (kanan) menyampaikan strategi Gojek di masa depan di Jakarta, Sabtu (2/11/2019). (Liputan6.com/ Agustin Setyo W)

Liputan6.com, Jakarta - Gojek kini jadi startup paling besar di Indonesia. Startup yang menyandang gelar decacorn ini bahkan telah melebarkan sayap ke sejumlah negara Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Namun perjalanan Gojek tak selalu mulus. Raksasa startup kebanggaan Indonesia itu juga mengalami berbagai hambatan hingga berhasil seperti sekarang.

Co-Founder sekaligus CEO Gojek Kevin Aluwi mengenang masa sulit Gojek di acara Talk Show program akselerasi startup untuk Indonesia Timur, "Muda Maju Bersama 1.000 Startup" yang digelar secara daring, Jumat (16/7/2021).

"Di balik semua cerita kesuksesan startup menjadi seperti sekarang, itu banyak pahitnya, banyak gagalnya, banyak masa sulitnya. Saat kami baru mulai, cari investor susah, liputan media tidak banyak. Gojek tidak dilihat sebagai sesuatu yang menarik," katanya.

Kevin mengatakan, ada banyak sekali momen yang tidak mudah ketika membangun Gojek. Salah satu yang paling dikenang adalah kesulitan Gojek antara tahun 2015 dan 2016. Kevin menyebut, di balik perkembangan Gojek yang begitu pesat, Gojek pernah hampir bangkrut.

"Di 2015 dan 2016, itu masa kami beberapa kali hampir bangkrut. Kami hampir kehabisan duit dan buat saya pribadi, itu masa yang sulit karena tentu kami tidak mau perusahaan gagal," katanya.

2 dari 3 halaman

Tanggung Jawab ke Karyawan

Direktur Bisnis Digital Telkom M. Fajrin Rasyid (kiri) dan Co-Founder Sekaligus CEO Gojek Kevin Aluwi dalam talk show program Muda Maju Bersama 1.000 Startup untuk wilayah Indonesia Timur yang dibesut Gojek dan ITDRI Telkom. (Foto: Screenshot acara).

Salah satu yang jadi beban buat Kevin, karena Gojek merasa bertanggung jawab atas nasib karyawan. Kevin mengenang, saat itu jumlah karyawan Gojek sudah mencapai ratusan orang.

"Saya merasakan tanggung jawab luar biasa terhadap karyawan, pada saat itu sudah ada beberapa ratus karyawan. Akan ada kemungkinan kami akan gagal memenuhi harapan mereka," ujar Kevin.

Kevin mengakui saat itu menjadi suatu tantangan dan beban paling berat. Namun ke depan, usaha-usaha Gojek ternyata membuahkan hasil, termasuk menemukan investor-investor yang dapat mendanai perjalanan perusahaan.

"Meskipun Gojek kelihatan naik daun, anak-anak muda di sini yang ingin membuat startup jangan kaget. Ada banyak pengalaman berharga dalam membangun startup, bukan hanya suka, tetapi juga dukanya," kata Kevin.

3 dari 3 halaman

Bicara Soal Inovasi

Logo baru Gojek (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Dalam kesempatan yang sama, Kevin juga mengungkapkan pikirannya mengenai arti inovasi kepada para peserta Talk Show program "Muda Maju Bersama 1.000 Startup".

Menurutnya, inovasi merupakan upaya mencari cara-cara baru dan menggunakan sumber yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat. Sebagai perusahaan teknologi, Gojek mencoba memecahkan persoalan itu menggunakan produk-produk berbasis teknologi.

"Inovasi yang dilahirkan beberapa tahun lalu, menggunakan smartphone yang diberikan ke ojek pangkalan. Karena kami melihat masalah Jakarta macet saat itu. Solusi kami adalah bagaimana bisa menggunakan fasilitas yang ada, yakni ojek pangkalan untuk memecahkan masalah kemacetan," kata Kevin.

Upaya tersebut diwujudkan dengan cara menghubungkan konsumen dengan ojek, guna memotong kemacetan dan menghubungkan keperluan konsumen. Misalnya untuk membeli makanan atau mengirimkan paket.

Dari pemikiran tersebut, lahirlah solusi dari Gojek yang tak hanya bisa membantu konsumen memangkas waktu kemacetan tetapi juga membantu ojek untuk mendapatkan pendapatan. 

(Tin/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya