Penolakan Topi Renang untuk Atlet Berambut Keriting di Olimpiade Tokyo 2020 Tuai Kontroversi

Topi renang itu dinilai tidak mengikuti bentuk alami kepala dan atlet di acara internasional tidak pernah menggunakan dengan ukuran dan konfigurasi seperti itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2021, 05:01 WIB
Topi renang milik Soul Cap yang ditolak oleh FINA. (dok. Instagram @soulcapofficial/https://www.instagram.com/p/CQUJTVaBVXv//Muhammad Thoifur)

Liputan6.com, Jakarta - Topi renang yang dirancang untuk "rambut hitam alami" oleh perusahaan asal Inggris, Soul Cap, tidak diizinkan dipakai di Olimpiade Tokyo 2020. Penolakan itu langsung jadi kontroversi yang membuat berbagai pihak mempertanyakan representasi keberagaman dalam olahraga.

Dilansir dari laman ABC News, Senin, 12 Juli 2021, Soul Cap tercatat menyediakan topi renang untuk rambut keriting, tebal, dan bervolume. Tahun lalu, perusahaan telah menyerahkan produknya ke Federasi Renang Internasional (FINA) untuk persetujuan, sehingga atlet dengan jenis rambut ini dapat menggunakannya saat berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo.

Namun, FINA menolak permintaan tersebut, memberi surat banding pada perusahaan terkait, Juni lalu. FINA menjelaskan, topi renang itu tidak mengikuti bentuk alami kepala dan atlet di acara internasional tidak pernah menggunakan ukuran dan konfigurasi seperti itu.

Setelah menerima reaksi atas keputusan tersebut, Badan Pengelolah Olahraga Air merilis pernyataan pada Jumat, 2 Juli 2021. "Saat ini sedang meninjau situasi terkait Soul Cap dan produk serupa, memahami pentingnya inklusivitas dan representasi," tulis mereka.

Sementara itu, founder Soul Cap, Michael Chapman dan Toks Ahmed, menjelaskan bahwa keputusan itu merupakan perpanjangan dari hambatan budaya yang dihadapi orang kulit berwarna, khususnya kulit hitam, di berbagai bidang kehidupan. "Terutama wanita dengan rambut lebih panjang atau lebih tebal," tulis mereka dalam sebuah pernyataan bersama.

Diversity in Aquatics, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk menghilangkan perbedaan di bidang akuatik, menyebut penjelasan FINA yang menolak topi renang sebagai "kebijakan berkode." "Itu menggantikan istilah yang menggambarkan identitas rasial dengan istilah yang tampaknya netral, sehingga menyamarkan prasangka rasial eksplisit dan/atau implisit," ungkap pihaknya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Tindakan Diskriminasi?

Ilustrasi Renang Credit: unsplash.com/Gentrit

Maritza McClendon, tim renang Olimpiade Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa penolakan topi renang itu "melampaui batas." "Nada di balik keputusan mereka berbicara di luar batas," kata McClendon.

Selain itu, ia juga mengkritik pernyataan terbaru FINA yang berjanji meninjau kembali keputusannya. Organisasi itu menyebut bahwa tidak ada batasan pada topi renang, termasuk milik Soul Cap.

"Jadi, Anda dapat menggunakannya untuk rekreasi dan kompetisi lain, tapi tidak pada pertemuan yang disetujui FINA, yang kebetulan adalah Olimpiade, yang merupakan tujuan akhir bagi sebagian besar perenang kompetitif di level itu," katanya.

Noelle Ndiaye, pelatih renang dan pendiri Afro Swimmers, menyebut hal itu sebagai tindakan diskriminasi. "Tidak ada keuntungan kompetitif untuk mengenakan topi renang lebih besar, kecuali membangun kepercayaan diri di dalam air," jelasnya.

Ia mencatat bahwa topi renang yang dibuat Soul Cap dan perusahaan sejenis telah beredar di komunitas kulit hitam untuk beberapa waktu. Keputusan FINA tersebut membuat banyak orang bingung mengapa itu tidak boleh digunakan dalam olimpiade.

3 dari 4 halaman

Potensi Mengakui Isu Minoritas

Ilustrasi Renang. Credit: unsplash.com/Brian

Penolakan itu menunjukkan masalah lebih besar seputar representasi dalam olahraga. Pendiri Soul Caps menyebut aturan itu didasarkan pada "pandangan FINA tentang siapa perenang kompetitif dan seperti apa mereka." Padahal, penyesuaian ini berkesempatan mengakui isu-isu minoritas, menurut Chapman dan Ahmed.

"Kami pikir itu akan sangat membantu untuk membuat perubahan positif," kata mereka. Selain itu, keputusan FINA juga dianggap mengirim pesan bahwa acara olahraga tidak berempati terhadap beragam kebutuhan dari berbagai jenis perenang.

Dari 26 wanita di USA Swimming yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo, hanya dua yang berkulit hitam. Dari Inggris, Alice Dearing akan jadi wanita kulit hitam pertama yang mewakili negara itu dalam cabang olahraga renang di Olimpiade Tokyo 2020. (Muhammad Thoifur)

4 dari 4 halaman

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah COVID-19

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya